Frühling;
.
.
—Spring
.
.
Chapter
2: Winner
.
.
Ia bagai bulan, yang memancarkan seluruh
warna di antara ketiadaan warna.
Dan aku hanya matahari, yang terus
mendamba, pada suatu saat, dapat berdampingan dengannya.
Akihiro
menatap Kanae dengan tatapan takjub. Gadis itu berhasil menghabiskan delapan
gelas wine—dan hanya terlihat setengah mabuk. Unggul dua gelas dari dirinya yang
hanya mampu menghabiskan enam gelas. Jujur saja, Akihiro merasa sedikit malu.
Bagaimana ia dapat dikalahkan oleh seorang gadis dalam hal meminum sebuah wine? Ditambah lagi, dengan percaya
dirinya, ia tadi memberikan sebuah penawaran yang cukup frontal di depan
kerumunan itu jika ia menang; mengajak Kanae pergi berkencan.
“Loser, huh?”
Kanae
menyeringai dengan mata menyipit. Wajah gadis itu sedikit terlihat memerah—efek alkohol. Namun, sangat jelas
terlihat masih mampu mengontrol kesadarannya dengan baik.
Akihiro
hanya menggeleng pelan, namun tetap tak dapat menahan senyum kagumnya. “Siap
menerima hukuman, Kanae-sama.”
ucapnya dengan nada menggoda. Membungkukkan diri seolah-olah ia adalah pelayan
yang siap melayani gadis itu kapan saja.
Sedang
Kanae hanya menatap lurus, menggeleng tak acuh dan bersiap untuk pergi dari
tempat itu. Meninggalkan pesta dan tetek-bengeknya di antara malam yang semakin
melarut.
Akihiro
masih menatap, tak melepaskan sedikit pun tatapan dari punggung kecil Kanae.
Matanya yang sewarna madu berkilat, ketika akhirnya suara Kanae kembali
terdengar di antara langkahnya yang statis.
“Traktir
aku seminggu ke depan. Dan itu bukan
kencan.”
To
Be Continued.
214 words story only :3 Revieeew?
Kanae modusss, sebenernya mau kencan juga kaan dasar tsundere /pelukakihiro
BalasHapusHahaha padahal "bukan kencan"-nya sudah ditekankan sedemikian rupa, lho. Masih kelihatan tsunderenya, ya? xD btw, makasih sudah mampir! :)
Hapus