Followers

Minggu, 07 Juni 2015

[Day 7 #NulisRandom2015] Frühling: Chapter 7


Frühling;
.
.
—Spring
.
.
Chapter 7: Secret
.
.
            Ketika Kanae datang dengan langkah-langkah cepat diiringi suara ketukan heels-nya yang terlampau tinggi, Akihiro tahu itu ditujukan untuknya. Untuk ia perhatikan sehingga atensinya terebut dengan penuh. Untuk memberikan makna tutur ilokusi agar dirinya menghampiri gadis itu dengan cepat tanpa pikir ulang lagi.
            Akihiro melakukannya, balas berjalan mendahului Kanae dan mengedikan kepala agar gadis itu mengikutinya. Setidaknya, ia laki-laki. Ia tidak mau didominasi, dan hanya mau mendominasi. Dibanding menunggu Kanae yang memapahnya, lebih baik ia lebih dulu bertindak membawa gadis itu pergi dari sini.
            Mungkin untuk membicarakan hal itu. Hal yang seharusnya tak pernah diketahui Akihiro.
            “Kau boleh mencemoohku dan kakakku, kalau kau mau.”
            Itu yang pertama kali gadis itu katakan saat mereka sampai di rooftop. Kanae berdiri di tepi dinding-dinding batu. Memunggungi Akihiro yang bersedekapdan bodohnya tetap terpikat pada sosok itu.
            Meski sebuah rahasia telah ia lihat.
            Rahasia yang seharusnya membuat Akhiro segan.
            Lalu, pria itu melangkah mendekat, untuk menghampirinya dan kemudian berdiri di sampingnya. Ia melihat mata oniks Kanae terpaut pada kumulonimbus di atas sana. Harum rumput liar menyambanginyaentah dari mana. Harum khas musim semi.
            “Kenapa harus mencemooh?” kata-kata itu terungkap kemudian. Kata tulus yang memang benar ingin Akihiro tanyakan.
            Kenapa harus mencemooh?
            “Karena kau melihatnya. Ketidakwajaran itu.”
            Balas Kanae kemudian. Nadanya terdengar mulai gamang, matanya tetap melekat pada awan.
            Akihiro menatapnya, menatap wajahnya yang memburam, menatap rambut pendeknya yang berterbangan tertiup angin musim semi, menatap mata gelapnya yang berpendar redup.
            Dan ia sadar, gadis itu hanya jatuh cinta. Tak ada yang salah dari jatuh cinta, hanya objeknya yang salah.
            Maka, Akihiro mengatakan itu pada Kanae. “Kau hanya jatuh cinta. Tak ada perlunya aku mencemooh, kan?”
            Bibir Kanae terangkat sinis, “ya, jatuh cinta dengan kakak kandungku.”
            Angin kembali berembus. Aroma rerumputan liar di bawah sana semakin menyengat, saling berganti dengan aroma Kanae, yang seharum bunga violet.
            “Walau begitu, kau beruntung. Setidaknya kakakmu juga membalas cintamu, kan? Kalau harus menanggung dosa, kalian bisa menanggungnya bersama-sama.” Balas Akihiro kemudian.
            Kanae terpaku sebentar, oniksnya ia lirikkan singkat ke arah pria di sebelahnya sebelum akhirnya mengubah posisi untuk menghadap lurus pria itu.
            “Jangan bersikap seolah mengerti. Semua orang tahu yang kami lakukan ini tidak wajar. Akan lebih baik jika kau mencemooh dengan kejujuranmu dibanding bersikap mengerti dengan kemunafikanmu.”
            Hening.
            Hingga Akihiro dapat mendengar koakan burung-burung jauh di atas sana.
            Pria itu tersenyum, sinis. Ia mendekat satu langkah pada gadis keras kepala itumeski tahu jarak mereka sudah terlalu dekat. Sebelah tangannya terangkat, menyentuh helai hitam di sisi wajahnya. Kemudian, turun ke sisi wajahnya. Membuat tubuh Kanae bergetar sejenak.
            “Buktikan padaku kalau aku tidak jujur, Kanae.” Untuk pertama kalinya, nama itu terujar dari bibir Akihiro.
            Kanae tak melepaskan pandangannya pada Akihiro, menatap raut pria itu dalam-dalam. Mencari-cari kebohongan dan cemoohan tersembunyi, yang sialnya tak ia temukan. Justru kejujuran itulah yang ia dapatkan.
            Hingga akhirnya ia memutus kontak mata, berpaling dengan mengibaskan tangan. Mencoba menghindari kejujuran mata Akihiro. “Lupakan,” katanya. “Karena kau tak akan mengerti bagaimana rasanya jadi orang yang mencintai kakak kandungnya sendiri.”
            Langkah itu hampir mencapai pintu ketika Akihiro balas mengujar.
            “Setidaknya aku mengerti bagaimana rasanya mencintai gadis yang mencintai kakak kandungnya sendiri.”

To Be Continued.

512 words story only! Maaaaak tugas saya banyak banget T.T *menggelung di buku semantik*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar