Followers

Kamis, 04 Juni 2015

[Day 4 #NulisRandom2015] Frühling: Chapter 4


Frühling;
.
.
—Spring
.
.
Chapter 4: [Un]date
.
.
            “Aku tahu kau mengalah.”
            “Huh?”
            Akihiro menatap Kanae yang barusan saja mengujarkan suara dengan pelan, di antara suapan salad segar yang ditawan bibir mungilnya.
            “Kau mengalah. Sengaja kalah.”
            Pria itu mengerutkan kening dalam-dalam, tak mampu mencerna gagasan yang dilontarkan rekan bukan kencan-nya itu.
            “Maksudmu tantangan minum semalam? Tidak. Aku sama sekali tidak sengaja mengalah.”
            Yang Akihiro tahu, ia tidak mengalah. Tetapi ia juga tidak berusaha untuk menang. Sebab egonya ingin melihat seberapa besar kemampuan gadis itu dalam menantangnya. Semakin ia melihat, semakin jauh pula ia terperangkap dalam pesona yang diuarkan gadis tersebut. Akihiro berspekulasi, Kanae tidaklah terlihat seperti gadis-gadis liar dan berani yang terbiasa dengan gelas wine di sela jemarinya. Walau ia juga menyadari, Kanae tidak sepolos gadis-gadis rumahan yang memiliki pemikiran naïf.
            Bagi Akihiro, Kanae hanya gadis angkuh yang dengan kurang ajar telah menawan hatinya.
            “Lagipula, bukankah lebih menyenangkan jika aku menang?” Akihiro kembali berbicara. Kini sudut bibirnya terangkat membentuk sebuah seringai.
            Kanae menghentikan makannya. Gadis itu melipat kedua tangan, menumpukannya pada meja. Oniksnya menaut mata madu Akihiro ketika tubuh gadis itu mencondong lebih dekat. “Kau suka padaku, ya?”
            Netra madu melebar.
            Pergerakkannya membeku.
            Walau Akihiro sudah yakin tengah berada dalam tahap percaya diri yang paling tinggi, namun tertangkap basah seperti itu tetap saja membuatnya terkejut.
            Belum sempat pria itu membalas, Kanae telah lebih dulu menarik diri, kembali pada posisinya semula, menjauhi Akihiro. “Heran kenapa aku tahu?” Ucap gadis itu kemudian.
            Akihiro hanya menatap takjub. “Kenapa bertanya?”
            Gadis itu bersedekap, wajahnya terlihat semakin angkuh. Namun sesaat, netra gelap berwarna hitam oniks itu terlihat memudarhanya sesaat, sebelum akhirnya menjawab mantap.
            “Karena matamu berkata seperti itu.”

To Be Continued.

266 words for today. Thanku for reading! :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar