Frühling;
.
.
—Spring
.
.
Chapter
30: New Spring
.
.
Beberapa orang
datang dan pergi dalam kehidupannya, membawa setumpuk memoar serta kenangan
pahit manis dalam sudut ingatan terdalamnya. Mereka memberi senyum, haru, air
mata, dan segala rasa taksa yang hanya akan Kanae genggam erat-erat. Tak
ubahnya hari yang terus berganti, juga musim yang selalu bersubtitusi.
Tapi,
ada beberapa orang yang memutuskan tinggal. Memutuskan hanya memberi senyum
tanpa air mata juga rasa sakit. Membawa kenangan manis tanpa ada rasa pahit.
Juga, membawa segenggam cinta juga bermacam janji bahagia.
Deisuke
Akihiro salah satunya.
Seribu
kali Kanae mengingat-ingat, tak satu pun kenangan menyedihkan terbersit dari
dalam diri pria itu. Ia membawa sejuta percaya diri, merekahkan senyuman,
menepis kegalauan, serta rasa-rasa tak kasat mata yang terkadang seringkali
Kanae ragukan. Keteguhannya, senyum sehangat mataharinya, luapan perasaannya,
betapa seluruhnya terangkum sempurna.
Dan
ia hanyalah seorang gadis biasa. Yang merasa spesial sebab Akihiro memilihnya
dibandingkan dengan ratusan ribu gadis-gadis lainnya di luar sana. Pria itu
memutuskan untuk menambatkan hati padanya, mengucap kata sakral itu untuknya,
membawa segala rentetan laku manis untuk dikecapnya.
Yang
membuat Akihiro berbeda bagi Kanae adalah, pria itu mampu bertahan dalam
cintanya ketika kenyataan tak wajar tentang dirinya beberapa waktu lalu
terungkap. Ketika Akihiro, menemukan ia dan Shiro terlibat dalam sebuah skandal
yang seharusnya membuat ia mundur, tetapi yang pria itu lakukan justru
bertahan. Dengan segala perasaan yang bahkan sama sekali tidak berkurang.
“Kau
tahu, aku pernah sangat membenci musim semi.”
Kanae
mengujar di sela keheningan mereka. Hamparan kendaraan kota Tokyo yang
berkelap-kelip terlihat dari hamparan bukit yang tengah ia singgahi saat ini.
Angin malam berembus, membawa serta rasa dingin yang menyengat dan aroma-aroma
bunga sakura yang mulai menipis.
“Aku
tahu.” Akihiro menjawabnya pelan.
Suara
klakson bersahutan, menjadi latar belakang yang terdengar sesekali di antara
gemersik dedaunan yang disapu angin. Bulan bersinar dengan terang, walau tak
nampak satu pun bintang di atas sana.
“Dan
kau pasti juga tahu, aku mulai menyukainya.”
Sekali
lagi, sudut-sudut bibir terangkat. Semakin lama semakin lebar setiap detiknya,
membuat tanggapan ujarannya tak lagi terdengar sepelan yang pertama. “Aku tahu,”
katanya. “Aku tahu, Kanae.”
“Apa
yang tidak kau tahu tentangku?” Ucapan itu terumbar bersama dengan senyum tipis
yang akhirnya menyambangi bibir gadis itu. Melihat pria di sebelahnya
tersenyum-senyum seperti itu, membuatnya tak tahan terus-menerus menyembunyikan
senyum dalam satu kuluman.
Satu
tarikan pelan, tubuh Kanae sudah merapat pada sisinya. Kepalanya disandarkan
pada bahu pria itu. Lagi-lagi rasa hangat familier menyambanginya. Citrus mendominasi, menepis pelan-pelan
aroma musim semi dan bunga sakura yang beberapa saat tadi hadir di sela-sela
hening. “Aku belum tahu perasaanmu padaku, kalau kau mau tahu.” Bisiknya.
Kanae
merasa sesuatu dalam dadanya meledak-ledak. Ia memejamkan mata, kedua belah
pipinya ikut menghangat, menepis angin dingin dan tetek bengek udara malam yang
menggigit-gigit. Ia terus ingin seperti ini. Selamanya. Bersama entitas yang
sama, suasana yang sama, dan aroma yang sama; kenyamanan yang sama.
Maka,
apa pria itu benar-benar masih meragukan perasaannya?
Dasar
Akihiro-baka.
“Akihiro,”
“Hm?”
“Kau
bodoh.”
“Hei—!”
Kikikan
pelan terdengar dari gadis di pelukannya. Akihiro mengerutkan wajah sebelum
akhirnya si gadis kembali berbicara.
“Tapi,
kau si bodoh yang aku cintai.”
“…”
“Aku
juga mencintaimu.”
“…”
Bersama
malam yang semakin melarut, musim semi berada di penghujung harinya. Kanae
mendapat gagasan baru dalam musim seminya kali ini, tak ada lagi rasa benci
yang berlarut-larut, hanya ada rasa cinta yang sama sekali tak menuntut.
Segalanya berjalan seolah urut dan sudah saling terpaut.
Seperti
bibirnya yang tiba-tiba saja sudah berada dalam tautan bibir Akihiro.
.
.
Watashi
wa haru ga nan anata ni yatte mitaidesu sakura no ki.
(I
want to do to you what spring does with the cherry blossom trees.)
—Pablo
Neruda
.
.
End.
Dari sebuah keraguan, akhirnya saya sampai di sini :D really, menyenangkan sekali mengeksplor tulisan setiap hari seperti ini. Walau saya jadi merasa seperti dikejar deadline setiap hari, tapi saya jadi selalu punya alasan untuk memikirkan gagasan apa yang harus saya tulis setiap harinya. Ini bagus sekali untuk merangsang refleks pengimajinasian dan ide-ide yang biasanya terbungkam. Karena seolah berada di bawah tekanan, akhirnya mereka pun mau tak mau terpaksa datang! Hahaha. Btw, terima kasih untuk NulisBuku Community yang sudah mengadakan event ini. Benar-benar bermanfaat untuk penulis amatir yang sok-sokan terkena writer's block atau apalah itu. Karena pada dasarnya, writer's block hanya akan datang ketika kalian tidak menetapkan deadline. Kalau sudah ada deadline, pasti mau tak mau kita keluar dari zona tersebut. Mengerjakannya untuk kemudian menyelesaikannya.
Doakan saya, semoga dengan berakhirnya NulisRandom ini, tidak sekaligus mengakhiri kebiasaan nulis setiap hari yang saya lakoni 30 hari ini, ya :'D
Dan terakhir, terima kasih sebesar-besarnya untuk kalian yang masih mau mengikuti, membaca, atau sekadar mampir untuk mengintip Fruhling ini. Especially yang meninggalkan jejak :* Cerita ini benar-benar cerita spontan yang setiap alurnya hanya terpikir ketika saya sedang menulis saja. Benar-benar tidak saya rencanakan. Dan itu sangat menyenangkan :'D sekali lagi, terima kasih banyak /:D/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar