Followers

Selasa, 30 Juni 2015

[Day 30 #NulisRandom2015] Frühling: Chapter 30


Frühling;
.
.
Spring
.
.
 Chapter 30: New Spring
.
.
            Beberapa orang datang dan pergi dalam kehidupannya, membawa setumpuk memoar serta kenangan pahit manis dalam sudut ingatan terdalamnya. Mereka memberi senyum, haru, air mata, dan segala rasa taksa yang hanya akan Kanae genggam erat-erat. Tak ubahnya hari yang terus berganti, juga musim yang selalu bersubtitusi.
            Tapi, ada beberapa orang yang memutuskan tinggal. Memutuskan hanya memberi senyum tanpa air mata juga rasa sakit. Membawa kenangan manis tanpa ada rasa pahit. Juga, membawa segenggam cinta juga bermacam janji bahagia.
            Deisuke Akihiro salah satunya.
            Seribu kali Kanae mengingat-ingat, tak satu pun kenangan menyedihkan terbersit dari dalam diri pria itu. Ia membawa sejuta percaya diri, merekahkan senyuman, menepis kegalauan, serta rasa-rasa tak kasat mata yang terkadang seringkali Kanae ragukan. Keteguhannya, senyum sehangat mataharinya, luapan perasaannya, betapa seluruhnya terangkum sempurna.
            Dan ia hanyalah seorang gadis biasa. Yang merasa spesial sebab Akihiro memilihnya dibandingkan dengan ratusan ribu gadis-gadis lainnya di luar sana. Pria itu memutuskan untuk menambatkan hati padanya, mengucap kata sakral itu untuknya, membawa segala rentetan laku manis untuk dikecapnya.
            Yang membuat Akihiro berbeda bagi Kanae adalah, pria itu mampu bertahan dalam cintanya ketika kenyataan tak wajar tentang dirinya beberapa waktu lalu terungkap. Ketika Akihiro, menemukan ia dan Shiro terlibat dalam sebuah skandal yang seharusnya membuat ia mundur, tetapi yang pria itu lakukan justru bertahan. Dengan segala perasaan yang bahkan sama sekali tidak berkurang.
            “Kau tahu, aku pernah sangat membenci musim semi.”
            Kanae mengujar di sela keheningan mereka. Hamparan kendaraan kota Tokyo yang berkelap-kelip terlihat dari hamparan bukit yang tengah ia singgahi saat ini. Angin malam berembus, membawa serta rasa dingin yang menyengat dan aroma-aroma bunga sakura yang mulai menipis.
            “Aku tahu.” Akihiro menjawabnya pelan.
            Suara klakson bersahutan, menjadi latar belakang yang terdengar sesekali di antara gemersik dedaunan yang disapu angin. Bulan bersinar dengan terang, walau tak nampak satu pun bintang di atas sana.
            “Dan kau pasti juga tahu, aku mulai menyukainya.”
            Sekali lagi, sudut-sudut bibir terangkat. Semakin lama semakin lebar setiap detiknya, membuat tanggapan ujarannya tak lagi terdengar sepelan yang pertama. “Aku tahu,” katanya. “Aku tahu, Kanae.”
            “Apa yang tidak kau tahu tentangku?” Ucapan itu terumbar bersama dengan senyum tipis yang akhirnya menyambangi bibir gadis itu. Melihat pria di sebelahnya tersenyum-senyum seperti itu, membuatnya tak tahan terus-menerus menyembunyikan senyum dalam satu kuluman.
            Satu tarikan pelan, tubuh Kanae sudah merapat pada sisinya. Kepalanya disandarkan pada bahu pria itu. Lagi-lagi rasa hangat familier menyambanginya. Citrus mendominasi, menepis pelan-pelan aroma musim semi dan bunga sakura yang beberapa saat tadi hadir di sela-sela hening. “Aku belum tahu perasaanmu padaku, kalau kau mau tahu.” Bisiknya.
            Kanae merasa sesuatu dalam dadanya meledak-ledak. Ia memejamkan mata, kedua belah pipinya ikut menghangat, menepis angin dingin dan tetek bengek udara malam yang menggigit-gigit. Ia terus ingin seperti ini. Selamanya. Bersama entitas yang sama, suasana yang sama, dan aroma yang sama; kenyamanan yang sama.
            Maka, apa pria itu benar-benar masih meragukan perasaannya?
            Dasar Akihiro-baka.
            “Akihiro,”
            “Hm?”
            “Kau bodoh.”
            “Hei—!”
            Kikikan pelan terdengar dari gadis di pelukannya. Akihiro mengerutkan wajah sebelum akhirnya si gadis kembali berbicara.
            “Tapi, kau si bodoh yang aku cintai.”
            “…”
            “Aku juga mencintaimu.”
            “…”
            Bersama malam yang semakin melarut, musim semi berada di penghujung harinya. Kanae mendapat gagasan baru dalam musim seminya kali ini, tak ada lagi rasa benci yang berlarut-larut, hanya ada rasa cinta yang sama sekali tak menuntut. Segalanya berjalan seolah urut dan sudah saling terpaut.
            Seperti bibirnya yang tiba-tiba saja sudah berada dalam tautan bibir Akihiro.
.
.
Watashi wa haru ga nan anata ni yatte mitaidesu sakura no ki.
(I want to do to you what spring does with the cherry blossom trees.)
—Pablo Neruda
.
.
End.

Dari sebuah keraguan, akhirnya saya sampai di sini :D really, menyenangkan sekali mengeksplor tulisan setiap hari seperti ini. Walau saya jadi merasa seperti dikejar deadline setiap hari, tapi saya jadi selalu punya alasan untuk memikirkan gagasan apa yang harus saya tulis setiap harinya. Ini bagus sekali untuk merangsang refleks pengimajinasian dan ide-ide yang biasanya terbungkam. Karena seolah berada di bawah tekanan, akhirnya mereka pun mau tak mau terpaksa datang! Hahaha. Btw, terima kasih untuk NulisBuku Community yang sudah mengadakan event ini. Benar-benar bermanfaat untuk penulis amatir yang sok-sokan terkena writer's block atau apalah itu. Karena pada dasarnya, writer's block hanya akan datang ketika kalian tidak menetapkan deadline. Kalau sudah ada deadline, pasti mau tak mau kita keluar dari zona tersebut. Mengerjakannya untuk kemudian menyelesaikannya.
Doakan saya, semoga dengan berakhirnya NulisRandom ini, tidak sekaligus mengakhiri kebiasaan nulis setiap hari yang saya lakoni 30 hari ini, ya :'D
Dan terakhir, terima kasih sebesar-besarnya untuk kalian yang masih mau mengikuti, membaca, atau sekadar mampir untuk mengintip Fruhling ini. Especially yang meninggalkan jejak :* Cerita ini benar-benar cerita spontan yang setiap alurnya hanya terpikir ketika saya sedang menulis saja. Benar-benar tidak saya rencanakan. Dan itu sangat menyenangkan :'D sekali lagi, terima kasih banyak /:D/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar