Followers

Senin, 29 Juni 2015

[Day 29 #NulisRandom2015] Frühling: Chapter 29


Frühling;
.
.
Spring
.
.
  Chapter 29: Love
.
.
            “Keberatan jika aku menculikmu sore ini?”
            Kalimat itu diucapkan oleh pria di hadapannya dengan konotasi yang terlampau santai. Tanpa tatapan mata yang lebih lama, atau bahkan emotif tinggi dalam nadanya. Hanya ujaran sambil lalu. Hanya saja, terkesan tak main-main.
            “Terakhir kali kuingat, kau tidak meminta izin dulu di penculikan-penculikanmu sebelumnya.”
            Maka, gadis itu—Kanae, membalasnya seperti itu.
            Suara tawa terdengar mendominasi kemudian, di antara helaan napas dan bunyi alat makan yang mereka gunakan. Hari masih siang, namun udara tetap sejuk. Akihiro mengajaknya makan siang di sebuah tempat makan dekat kantor yang menyediakan tempat makan yang terkesan seperti outdoor. Mereka dikelilingi pohon sakura yang mekar, membuat Kanae tersadar musim semi telah mencapai puncaknya.
            “Biasanya, kan, kencan. Kali ini, aku ingin menculikmu.” Kata Akihiro lagi di sela suapannya. Pria itu tersenyum lembut, membuat Kanae dapat melihat sinar berkilau yang menyenangkan dari mata sewarna madunya.
            Perut Kanae tiba-tiba saja berdesir aneh. Geli yang menyenangkan. Segala nafsu makannya hilang begitu saja. Ia hanya ingin tersenyum, tersenyum, dan tersenyum.
            Tak perlu dipertanyakan lagi, bagaimana efek Akihiro bagi kehidupannya akhir-akhir ini. Jika ditanya tentang perasaannya, Kanae tidak akan berkelit lagi. Akihiro telah menjadi entitas berharga yang penting untuknya. Akihiro menjadi seseorang yang ia harapkan akan selalu dapat berbagi bersama. Akihiro menepis perasaannya pada Shiro terdahulu, membawa perasaan baru yang nyatanya lebih dirasa menyenangkan untuk gadis itu.
            Singkatnya, Akihiro membuatnya…
            Astaga. Kanae menghentikan monolognya sendiri. Ini sudah terlalu jauh. Maka ia hanya tersenyum, menyimpan lagi rapat-rapat istilah terakhir yang sempat ia pikirkan barusan.
            Benarkah? Benarkah istilah itu sesuai untuk gambaran perasaannya pada Akihiro?
            “Kanae,” tukas Akihiro pelan namun mampu membuat Kanae sedikit tersentak. Wajahnya memandang lurus, kali ini, terlihat begitu serius. Tatapannya menyiratkan bahwa ia ingin berbicara sesuatu yang penting. “Setelah kupikir-pikir, aku belum pernah mengatakan ini, ya?”
            Kanae mengerutkan alis, sedikit bingung dengan pertanyaan tersebut. Mengatakan apa?
            Sekali lagi, Akihiro tersenyum, mengulurkan tangan untuk meraih tangan Kanae dan menggenggamnya erat-erat sebelum kembali berbicara.
            “Aku mencintaimu.”

To Be Continued.

Yaampun, udah hari ke-29 :') terharuuuu. Btw, satu chapter lagi. Semoga menjadi akhir yang memuaskan :) story only 319 words for this chapter.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar