Frühling;
.
.
—Spring
.
.
Chapter
29: Love
.
.
“Keberatan jika
aku menculikmu sore ini?”
Kalimat
itu diucapkan oleh pria di hadapannya dengan konotasi yang terlampau santai.
Tanpa tatapan mata yang lebih lama, atau bahkan emotif tinggi dalam nadanya.
Hanya ujaran sambil lalu. Hanya saja, terkesan tak main-main.
“Terakhir
kali kuingat, kau tidak meminta izin dulu di penculikan-penculikanmu
sebelumnya.”
Maka,
gadis itu—Kanae, membalasnya seperti itu.
Suara
tawa terdengar mendominasi kemudian, di antara helaan napas dan bunyi alat
makan yang mereka gunakan. Hari masih siang, namun udara tetap sejuk. Akihiro
mengajaknya makan siang di sebuah tempat makan dekat kantor yang menyediakan
tempat makan yang terkesan seperti outdoor.
Mereka dikelilingi pohon sakura yang mekar, membuat Kanae tersadar musim semi
telah mencapai puncaknya.
“Biasanya,
kan, kencan. Kali ini, aku ingin menculikmu.” Kata Akihiro lagi di sela
suapannya. Pria itu tersenyum lembut, membuat Kanae dapat melihat sinar
berkilau yang menyenangkan dari mata sewarna madunya.
Perut
Kanae tiba-tiba saja berdesir aneh. Geli yang menyenangkan. Segala nafsu
makannya hilang begitu saja. Ia hanya ingin tersenyum, tersenyum, dan
tersenyum.
Tak
perlu dipertanyakan lagi, bagaimana efek Akihiro bagi kehidupannya akhir-akhir
ini. Jika ditanya tentang perasaannya, Kanae tidak akan berkelit lagi. Akihiro
telah menjadi entitas berharga yang penting untuknya. Akihiro menjadi seseorang
yang ia harapkan akan selalu dapat berbagi bersama. Akihiro menepis perasaannya
pada Shiro terdahulu, membawa perasaan baru yang nyatanya lebih dirasa
menyenangkan untuk gadis itu.
Singkatnya,
Akihiro membuatnya…
Astaga.
Kanae menghentikan monolognya sendiri. Ini sudah terlalu jauh. Maka ia hanya
tersenyum, menyimpan lagi rapat-rapat istilah terakhir yang sempat ia pikirkan
barusan.
Benarkah?
Benarkah istilah itu sesuai untuk gambaran perasaannya pada Akihiro?
“Kanae,”
tukas Akihiro pelan namun mampu membuat Kanae sedikit tersentak. Wajahnya
memandang lurus, kali ini, terlihat begitu serius. Tatapannya menyiratkan bahwa
ia ingin berbicara sesuatu yang penting. “Setelah kupikir-pikir, aku belum
pernah mengatakan ini, ya?”
Kanae
mengerutkan alis, sedikit bingung dengan pertanyaan tersebut. Mengatakan apa?
Sekali
lagi, Akihiro tersenyum, mengulurkan tangan untuk meraih tangan Kanae dan
menggenggamnya erat-erat sebelum kembali berbicara.
“Aku
mencintaimu.”
To
Be Continued.
Yaampun, udah hari ke-29 :') terharuuuu. Btw, satu chapter lagi. Semoga menjadi akhir yang memuaskan :) story only 319 words for this chapter.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar