Frühling;
.
.
—Spring
.
.
Chapter
23: Boy’s Talk
.
.
Ia pernah jatuh
cinta sebelumnya, tentu saja.
Tapi,
tak sedalam ini.
Cinta
yang lalu tak semenyenangkan ini. Yang ini serasa mencandu, mendamba, tak kan
pernah cukup. Yang ini penuh dengan kelokan tajam, naik-turun, dan mendebarkan.
Segalanya tak terasa biasa, segalanya lebih berwarna.
“Hei,
kulihat kau begitu sering bersama adiknya Shizuna-san akhir-akhir ini.” Sei mengujar di antara suapan makan siangnya.
Akihiro
mendongak, sekilas membalas pandangan Sei yang penuh dengan tatapan penasaran.
Rasanya sudah lama sekali ia tak meluangkan waktu istirahat makan siang bersama
temannya itu. Sekalinya kembali bersama seperti ini, yang ia tujukkan adalah
pandangan menjemukan seperti itu.
“Hu-um.”
Begitulah Akihiro menjawab tak acuh.
Sei
mendelik, “heh, apa-apaan itu? Kau hutang banyak cerita padaku, Akihiro.”
“Memangnya
kau siapa, eh?”
Kekehan
terdengar mendominasi kemudian, sesaat sebelum Sei kembali berbicara. Kali ini
lebih tulus dengan sebuah senyum tipis di bibirnya. “Kau berhasil mengajaknya
kencan, ya? Setelah taruhan minum itu?”
Untuk
sesaat Akihiro hanya bergeming. Menghabiskan sisa-sisa terakhir suapan dan
menyesap minumannya. Setelah dirasa semuanya telah tersikat bersih, barulah ia
kembali menatap Sei. “Tidak juga. Aku, kan, kalah.”
Sei
terlihat semakin kesal mendegar jawaban singkat nan tak acuh yang sedari tadi
diberikan oleh Akihiro. “Lalu? Kenapa kalian bisa sedekat itu, hah?”
Akihiro
akhirnya tersenyum geli. Terlihat sekali temannya ini tengah berada pada tahap
penasaran setengah mati. Biar saja, Sei sekali-sekali harus diberi pelajaran.
Maka
ia menjawab.
“Ceritanya
panjaaang sekali. Tapi, nanti, kalau pada akhirnya kami benar-benar sudah
resmi, akan kuceritakan padamu selengkap-lengkapnya.”
Hari
itu, Sei mendiamkan Akihiro sepanjang sore.
To
Be Continued.
yap, istirahat sebentar romensnya :3 tiba-tiba kangen Sei lagi :3 245 words for day 23!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar