Followers

Minggu, 21 Juni 2015

[Day 21 #NulisRandom2015] Frühling: Chapter 21


Frühling;
.
.
Spring
.
.
   Chapter 21: Change
.
.
            Belum seratus hari aku mengenalmu, belum pula kita saling terbiasa dalam sebuah ikatan statis yang kasual. Namun, senyummu memaksaku menerima kehadiranmu tanpa ragu, menghalau ranjau yang sudah sejak lama aku pasang ketika kedatangan orang baru. Lakumu mematikan segala asing yang hinggap begitu sedikit, membuang segenap angkuh yang selama ini hinggap hingga segala tulang-belulangku. Entah bagaimana caranya, kau membuatku terbuka, pada segala kata dan rupa yang seringnya kau hadirkan.
            Di hari pertama kau bilang cinta. Dan saat itu pula aku merasa kau berbeda. Hari-hari berikutnya kau terus berusaha, seakan kepongahanku hanyalah kerikil kecil yang tak seberapa.
            Dirimu mengacaukan logikaku. Juga mendiferensiasikan rasa pada Nii-san[1] yang telah lama kugenggam erat. Begitu erat hingga rasanya tak ingin kulepas. Menyubtitusi kestatisan yang telah lama kami rasa. Meluruskan segala hati yang kenyataannya tak wajar. Karenamu, segala perilakumu, juga senyum-senyummu.
            Kau, Akihiro. Kau berani mengubah sudut pandangku. Pada segala cinta yang tak ingin kuubah rasanya. Kau berani menembus segala zona nyamanku dengan Nii-san yang kami tutupi sewajar mungkin. Kau, kau memberi cahaya baru, rasa baru, warna baru, dan hari-hari baru. Dan kau, memberikan kesederhanaan baru pada cinta dalam bentuk kesederhanaan yang indah.
            Akihiro, bagaimana caranya aku mengatakan padamu, juga pada Nii-san, bahwa hati ini telah berubah? Bahwa rasa ini tak lagi berlabuh di tempat yang lama. Melainkan telah menaut pada satu hati yang baru.
            Dan, Nii-san, aku minta maaf.
            Maafkan aku, maafkan aku.
            Mungkin, pada akhirnya aku bisa belajar menjadi seorang adik yang baik bagimu.
            Maafkan aku, dan … terima kasih.
.
.
            Kanae menarik netra dari gumpalan kumulonimbus di atas sana, sekaligus menarik diri dari monolog tak terarah yang barusan saja melekat di kepalanya. Matanya melirik pintu roof top. Menunggu-nunggu dua orang yang kini menjadi entitas berarti baginya keluar dari tempat itu. Entahlah, dirinya tak ingin menerka-nerka.
            Butuh beberapa detik ia berhasil keluar dari kemelut pikirannya. Hela napas ia embuskan dalam-dalam. Dan saat itulah, ia melihat Shiro keluar dari pintu itu dengan langkah lebar yang tergesa—seperti penuh dengan beban.
            Belum sempat ia memanggil, Shiro sudah lebih dulu menangkap pandangannya. Pria itu tersenyum kecil—senyum dingin khas Shiro. Langkahnya mendekat, membuat Kanae bertanya-tanya apa yang terjadi selama mereka (Shiro dan Akihiro) berbicara di sana. Ketika sampai di hadapan Kanae, Shiro mengangkat sebelah tangan untuk menyentuh sisi wajah Kanae. Membelainya lembut di sana.
            “Apapun yang terjadi, kau tetap adikku.”
            Dengan satu kalimat itu, segalanya terasa melegakan bagi Kanae.

To Be Continued.


[1] Kakak laki-laki

Nah, yang di atas itu monolognya Kanae. Entah kenapa lagi kepengin bikin pake 1st pov gitu, jadinya bermonologlah dia :3 it's day 21, right? 394 for today! Thanku for all constructive critism, yaaa :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar