Followers

Sabtu, 20 Juni 2015

[Day 20 #NulisRandom2015] Frühling: Chapter 20


Frühling;
.
.
Spring
.
.
 Chapter 20: Rival
.
.
            Ada dua cara bagaimana seseorang dapat jatuh cinta; karena terbiasa dan karena pandangan pertama.
            Untuk beberapa orang, mereka lebih memilih cinta karena terbiasa. Katanya, justru cinta seperti itulah yang nantinya akan memenangkan permainan dalam dunia percintaan. Karena hal itu akan lebih kuat dibanding dengan cinta pada pandangan pertama.
            Dan seperti itulah hubungan Shiro dan Kanae terbentuk; cinta karena terbiasa. Mereka terbiasa bersama, menerima rasa sakit bersama-sama, mengambil keputusan bersama-sama, berbagi kebahagiaan bersama-sama, dan kebersamaan itu yang membuat mereka terbiasa. Yang pada akhirnya, menimbulkan benih-benih cinta di antara keduanya.
            Akihiro tak ingin menjadi orang yang menutup diri, yang mengatakan bahwa jatuh cinta pada saudara kandung adalah mustahil. Bahwa hal-hal serupa incest dan semacamnya hanyalah perwujudan nafsu manusia yang tak ada puasnya. Atau rasa saling kompleks yang terlalu protektif pada satu sama lain, yang akhirnya mereka salah artikan sebagai rasa cinta yang romantik.
            Tapi, Shiro dan Kanae benar-benar saling jatuh cinta. Mereka menyimpan rasa itu dalam diri masing-masing, dan hanya akan terbuka jika mereka tengah saling mengisi. Tak akan ada yang tahu, karena perasaan itu begitu rapat. Dan itu memang cinta. Sebagaimana keduanya saling memandang tanpa rasa kasih yang platonik. Melainkan saling memandang sebagai entitas laki-laki dan juga perempuan dewasa normal. Yang sewajarnya saling jatuh cinta.
            Kesamaan rasa sakit adalah faktornya.
            Mereka saling menanggung beban yang sama, yang akhirnya membuat mereka merasa satu penderitaan. Dan akhirnya memahami perasaan masing-masing, saking pahamnya, hingga mereka tak sadar sudah menaruh rasa terlalu jauh di luar batas kakak-adik.
            Begitulah yang Shiro katakana ketika Akihiro menemuinya.
            “Siapa yang pertama kali menyadari perasaan itu?” Akihiro menandas, menatap Shiro yang kini menautkan atensi ke arah balkon roof top. Pemuda pemegang kendali perusahaan tempatnya bekerja saat ini itu ternyata tak sedingin yang ia kira. Yeah, dingin memang. Hanya saja, Akihiro tak mengira bahwa Shiro akan setuju ketika ia mengajaknya bicara.
            Terdengar helaan napas berat yang dihela Shiro. Pria itu tak segera menjawab, membuat Akihiro bertanya-tanya apa sebenarnya yang ia pikirkan.
            “Aku tidak ingat pastinya, yang jelas, kami sama-sama menyadari beberapa bulan sebelum orangtuaku memutuskan untuk bercerai.” Ia berhenti sebentar untuk menatap Akhiro. “Sungguh, apa aku benar-benar harus menceritakan hal ini, heh? Kau pikir kau siapa?”
            Akihiro tersenyum kecil, “aku mendatangimu sebagai Deisuke Akihiro. Pemuda yang jatuh cinta pada Shizuna Kanae, adik yang kaucintai. Bukan sebagai Akihiro yang mendatangi Shizuna Shiro-sama[1] untuk membahas masalah proyek bisnis mereka. Jadi, anggap saja aku sedang menantangmu bercerita tentang proses kalian jatuh cinta.”
            Urusai[2],” Shiro mendengus pelan. Namun, mulutnya tetap melanjutkan. “Aku sudah mengatakannya. Kami jatuh cinta dengan proses yang berbeda denganmu yang sekadar jatuh cinta pada pandangan pertama. Dan, dengar baik-baik Shizuna-san[3], aku tak pernah berencana untuk mengenyahkan perasaan itu.”
            Saat cinta itu hadir dengan segudang proses bertajuk ‘terbiasa’, percayalah, akan sulit untuk menghentikannya kecuali dengan cara yang sama ketika cinta itu hadir; terbiasa.
            “Aku tahu. Aku mengerti,” Akihiro membalas yakin. Mata hazel-nya menatap mata hitam Shiro dalam-dalam. “Aku hanya ingin kau tahu tentang perasaanku pada adikmu. Dan…”
            Shiro mendengarkannya baik-baik.
            “…tak masalah jika kau tak ingin menghilangkan perasaanmu. Tapi, jika nantinya perasaan Kanae padamu hilang karena kehadiranku, aku memintamu untuk bersikap sportif. Biarkan ia memilihku jika memang itu adalah hal yang ingin Kanae lakukan.”
            Shiro tak pernah merasa terintimidasi, namun, kali ini, seseorang telah berani mengintimidasi perasaannya sejauh ini dengan segala kepercayaan diri yang meledak-ledak.
            “Baik. Aku akan selalu menerima apapun keputusan Kanae.”
            Setelah mengatakan hal itu, Shiro segera melangkah pergi. Meninggalkan Akihiro yang diam-diam menggeleng tidak percaya.
            Gila. Kali ini, ia benar-benar memiliki saingan cinta yang tidak biasa.

To Be Continued.


[1] Digunakan untuk memanggil seseorang yang dihormati
[2] Diam
[3] Digunakan untuk memanggil seseorang yang baru dikenal/belum akrab

593 words! Nggak nyangka banget udah hari ke-20 :3 awalnya saya ragu apa bisa konsisten untuk nulis random sebulan ini. Dan, ternyata bisa sampai sini juga :3 terima kasih untuk kamu yang masih mau membaca dan (khususnya) yang pernah meninggalkan jejak di sini. That's mean sooo much for me :)

2 komentar:

  1. Saya sempat mandeg karena pindah blog
    Alhamdulillah lanjut lagi.
    *salam kenal*

    BalasHapus
  2. Syukurlah bisa dilanjut :) btw terima kasih sudah mampir, Mbak Diah. Salam kenal juga^^

    Hidya

    BalasHapus