Frühling;
.
.
—Spring
.
.
Chapter
20: Rival
.
.
Ada dua cara
bagaimana seseorang dapat jatuh cinta; karena terbiasa dan karena pandangan
pertama.
Untuk beberapa
orang, mereka lebih memilih cinta karena terbiasa. Katanya, justru cinta
seperti itulah yang nantinya akan memenangkan permainan dalam dunia percintaan.
Karena hal itu akan lebih kuat dibanding dengan cinta pada pandangan pertama.
Dan
seperti itulah hubungan Shiro dan Kanae terbentuk; cinta karena terbiasa. Mereka
terbiasa bersama, menerima rasa sakit bersama-sama, mengambil keputusan
bersama-sama, berbagi kebahagiaan bersama-sama, dan kebersamaan itu yang
membuat mereka terbiasa. Yang pada akhirnya, menimbulkan benih-benih cinta di
antara keduanya.
Akihiro
tak ingin menjadi orang yang menutup diri, yang mengatakan bahwa jatuh cinta
pada saudara kandung adalah mustahil. Bahwa hal-hal serupa incest dan semacamnya hanyalah perwujudan nafsu manusia yang tak
ada puasnya. Atau rasa saling kompleks yang terlalu protektif pada satu sama
lain, yang akhirnya mereka salah artikan sebagai rasa cinta yang romantik.
Tapi,
Shiro dan Kanae benar-benar saling jatuh cinta. Mereka menyimpan rasa itu dalam
diri masing-masing, dan hanya akan terbuka jika mereka tengah saling mengisi.
Tak akan ada yang tahu, karena perasaan itu begitu rapat. Dan itu memang cinta. Sebagaimana keduanya
saling memandang tanpa rasa kasih yang platonik. Melainkan saling memandang
sebagai entitas laki-laki dan juga perempuan dewasa normal. Yang sewajarnya
saling jatuh cinta.
Kesamaan
rasa sakit adalah faktornya.
Mereka
saling menanggung beban yang sama, yang akhirnya membuat mereka merasa satu
penderitaan. Dan akhirnya memahami perasaan masing-masing, saking pahamnya,
hingga mereka tak sadar sudah menaruh rasa terlalu jauh di luar batas
kakak-adik.
Begitulah
yang Shiro katakana ketika Akihiro menemuinya.
“Siapa
yang pertama kali menyadari perasaan itu?” Akihiro menandas, menatap Shiro yang
kini menautkan atensi ke arah balkon roof
top. Pemuda pemegang kendali perusahaan tempatnya bekerja saat ini itu
ternyata tak sedingin yang ia kira. Yeah, dingin memang. Hanya saja, Akihiro
tak mengira bahwa Shiro akan setuju ketika ia mengajaknya bicara.
Terdengar
helaan napas berat yang dihela Shiro. Pria itu tak segera menjawab, membuat
Akihiro bertanya-tanya apa sebenarnya yang ia pikirkan.
“Aku
tidak ingat pastinya, yang jelas, kami sama-sama menyadari beberapa bulan
sebelum orangtuaku memutuskan untuk bercerai.” Ia berhenti sebentar untuk
menatap Akhiro. “Sungguh, apa aku benar-benar harus menceritakan hal ini, heh?
Kau pikir kau siapa?”
Akihiro
tersenyum kecil, “aku mendatangimu sebagai Deisuke Akihiro. Pemuda yang jatuh
cinta pada Shizuna Kanae, adik yang kaucintai. Bukan sebagai Akihiro yang
mendatangi Shizuna Shiro-sama[1]
untuk membahas masalah proyek bisnis mereka. Jadi, anggap saja aku sedang
menantangmu bercerita tentang proses kalian jatuh cinta.”
“Urusai[2],”
Shiro mendengus pelan. Namun, mulutnya tetap melanjutkan. “Aku sudah
mengatakannya. Kami jatuh cinta dengan proses yang berbeda denganmu yang
sekadar jatuh cinta pada pandangan pertama. Dan, dengar baik-baik Shizuna-san[3],
aku tak pernah berencana untuk mengenyahkan perasaan itu.”
Saat
cinta itu hadir dengan segudang proses bertajuk ‘terbiasa’, percayalah, akan
sulit untuk menghentikannya kecuali dengan cara yang sama ketika cinta itu
hadir; terbiasa.
“Aku
tahu. Aku mengerti,” Akihiro membalas yakin. Mata hazel-nya menatap mata hitam Shiro dalam-dalam. “Aku hanya ingin
kau tahu tentang perasaanku pada adikmu. Dan…”
Shiro
mendengarkannya baik-baik.
“…tak
masalah jika kau tak ingin menghilangkan perasaanmu. Tapi, jika nantinya
perasaan Kanae padamu hilang karena kehadiranku, aku memintamu untuk bersikap sportif. Biarkan ia memilihku jika
memang itu adalah hal yang ingin Kanae lakukan.”
Shiro
tak pernah merasa terintimidasi, namun, kali ini, seseorang telah berani
mengintimidasi perasaannya sejauh ini dengan segala kepercayaan diri yang
meledak-ledak.
“Baik.
Aku akan selalu menerima apapun keputusan Kanae.”
Setelah
mengatakan hal itu, Shiro segera melangkah pergi. Meninggalkan Akihiro yang
diam-diam menggeleng tidak percaya.
Gila. Kali ini, ia benar-benar memiliki
saingan cinta yang tidak biasa.
To
Be Continued.
[1] Digunakan
untuk memanggil seseorang yang dihormati
[2]
Diam
[3]
Digunakan untuk memanggil seseorang yang baru dikenal/belum akrab
593 words! Nggak nyangka banget udah hari ke-20 :3 awalnya saya ragu apa bisa konsisten untuk nulis random sebulan ini. Dan, ternyata bisa sampai sini juga :3 terima kasih untuk kamu yang masih mau membaca dan (khususnya) yang pernah meninggalkan jejak di sini. That's mean sooo much for me :)
Saya sempat mandeg karena pindah blog
BalasHapusAlhamdulillah lanjut lagi.
*salam kenal*
Syukurlah bisa dilanjut :) btw terima kasih sudah mampir, Mbak Diah. Salam kenal juga^^
BalasHapusHidya