Followers

Kamis, 18 Juni 2015

[Day 18 #NulisRandom2015] Frühling: Chapter 18


Frühling;
.
.
Spring
.
.
     Chapter 18: Decision
.
.
            Tadaima[1]
            Bisik Kanae seraya membuka pintu dengan gerakan pelan, berusaha sebisa mungkin untuk tidak menimbulkan suara sedikit pun. Heels-nya telah berpindah tempat ke tangan kanannya. Ia tenteng demi meredam segala suara ketukan di ruangan sunyi yang remang ini.
            Ketika langkahnya sudah sampai di depan pintu kamar, ia menghela napas. Mungkin kakaknya sedang sibuk di kamar atau di ruang kerja. Kanae tak tahu akan beralasan apa jika bertemu dengan Shiro dalam keadaan ini. Ia belum menyiapkan sanggahan atau bahkan karangan cerita yang sekiranya tak menimbulkan kecurigaan bagi Shiro.
            Tangannya memutar kenop pintu, perasaan lega sekali lagi menyambangi rongga dadanya. Aroma lili yang familier, khas dirinya, semua itu membuatnya tenang seketika. Sembari masuk, tangan Kanae meraba dinding untuk mencari saklar lampu dan menyalakannya. Ia ingin berendam. Aromaterapi mungkin akan menjadi obat yang mujarab untuk—
            Okaeri[2], Kanae.”
            —astaga.
            Kanae mematung. Suara itu … mengapa Shiro ada di kamarnya? Kenapa…?
            “Tak biasanya pulang selarut ini.”
            Kanae perlahan menoleh. Menatap mata hitam kakaknya dengan tatapan ragu. “Nii-san[3], aku…”
            Shiro bangkit dari tepi ranjang Kanae. Pria itu perlahan melangkah mendekat, tak sedetik pun tatapannya terlepas dari netra oniks Kanae. Entah bagaimana caranya, aura Shiro selalu mampu mengintimidasinya. Tatapan mata yang tak sehitam milik Kanae itu mampu menatap lebih tajam dari apapun juga. Jika dirinya adalah lilin, mungkin Kanae sudah melebur karena tatapan itu.
            Tepat ketika jarak mereka terpisah satu langkah, Shiro berhenti. “Dengar, Kanae, aku tak pernah membuat batasan jam malam untukmu. Aku juga tak pernah membatasi dengan siapa saja kau harus pergi.” Shiro mengulurkan tangan, melepas jas hitam yang mengurung tubuh mungil adiknya. “Tapi—terlepas dari hal yang mungkin sedang kita jalani, aku tetap kakakmu. Dan aku khawatir jika tak mendengar kabar apapun tentangmu selarut ini.
            Kanae mendongak, berusaha untuk balas menatap mata Shiro dengan keyakinan penuh. “Maaf tidak mengabarkanmu, Nii-san. Tapi, lain kali, aku pasti akan melakukannya.”
            Tak ada yang berbicara lagi ketika akhirnya Shiro memutuskan untuk mundur dan melangkah pergi dari kamar Kanae. Namun, ketika langkahnya sampai tepat di pintu kamar itu, Shiro kembali mengujar.
            “Deisuke Akihiro, ya?”
            Secepat kilat, Kanae menoleh. Wajahnya terlihat panik ketika melihat sebuah senyum sedih di wajah kakaknya itu.
            Nii-san, aku … aku mohon jangan melakukan apapun pada Akihiro. Maksudku … ia tak melakukan apapun padaku. Sungguh. A-aku … aku senang. Ia membuatku senang, Nii-san.” Kalimat terakhir diucapkan Kanae dengan bisikan kecil. Ia takut. Ia takut Shiro akan membuat perhitungan pada Akihiro. Kanae tahu, Shiro selalu membuat perhitungan pada orang yang kiranya mengganggu orang-orang yang ia sayang. Terlebih pada dirinya, Shiro begitu protektif.
            “Sepertinya begitu.” balas Shiro pelan. Senyum sedih belum hilang dari raut wajahnya.
            Kanae hanya mampu menunduk menutupi kegelisahannya. Mungkin, mungkin Shiro malah merasa terkhianati karenanya. Mereka yang selama ini mengklaim diri masing-masing sebagai pemiliki, kini, Kanae malah merasa ingin keluar dari ikatan ini.
            Ya, untuk pertama kalinya, dalam hati Kanae memutuskan ingin meluruskan kembali hubungan tak wajar antara dirinya dan Shiro.
            Tapi, Shiro tak berbicara apa-apa lagi. Kecuali sebaris klausa yang tertandas bersamaan dengan suara pintu yang tertutup pelan.
            Oyasumi, Kanae. Daisuki da[4].”

To Be Continued.


[1] Aku pulang
[2] Selamat datang
[3] Kakak
[4] Selamat tidur, Kanae. Aku menyayangimu.

512 words :) btw, selamat menjalankan ibadah puasa untuk teman-teman yang menjalankan, ya. Yuk, ngabuburit sambil menulis \m/

2 komentar:

  1. ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬
    Penggunaan istilah jepangnya pas. :)
    ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬

    BalasHapus