Frühling;
.
.
—Spring
.
.
Chapter
17: Differentiation
.
.
Malam
semakin larut, dan ketika Shiro melirik jam yang terdapat di sudut dinding
ruang tamu, jarumnya hampir menunjuk pukul sepuluh.
Tapi
Kanae belum pulang.
Shiro
tak tahu apa yang salah, tapi, hari ini, Kanae tak datang sejak pagi ke kantor.
Gadis itu datang sore sekali, tepat setengah jam sebelum jam kantor selesai.
Dan ketika jam menunjukkan pukul lima, lagi-lagi gadis itu segera melesat pergi
dari ruangannya. Bahkan mereka tak sempat bicara satu sama lain. Kanae hanya
datang ke ruangannya untuk merenung dan menatap sesuatu di ponselnya.
Shiro
mengingat-ingat hari sebelumnya, ketika adik kesayangannya itu mulai terasa
meretas jarak. Ketika Kanae tak lagi menatap matanya dengan dalam. Dan ketika
ia mulai memalingkan wajah ketika wajah Shiro menotisnya.
Hubungan
mereka memang tak wajar, tapi Kanae selalu menganggap sama seperti hubungan
umum lainnya. Jangan pernah tanya tentang perasaan Kanae padanya, karena tak
sedikit pun pria itu merasa ragu pada adiknya. Ia tahu, Kanae mencintainya.
Sebagaimana ia juga sangat mencintai adiknya itu.
Tapi,
entah untuk saat ini.
Jarum
jam menunjukkan tepat pukul sepuluh ketika Shiro mendengar deruman motor yang
berhenti di depan pagar utamanya. Pria itu melangkah pelan, mendekati jendela
besar yang terdapat di ruang utama. Diam-diam menyibak tirainya yang berwarna
putih tulang.
Dan
di situlah ia melihatnya.
Kanae,
seperti bukan dirinya, turun dari motor yang terlampau sangar dengan masih
mengenakan setelan yang ia pakai ke kantor sore tadi. Ditambah dengan sebuah
jas besar yang melingkupi tubuh atasnya. Sedang tersenyum.
Ketika
ia menaikkan pandangan pada pengemudi motor itu, tangannya mengepal.
Shiro
mengenalnya.
To
Be Continued.
saya merasa chapter ini paling mainstream :'> orang ketiga yang memergoki pujaan hatinya jalan sama cowok lain, yea? oke, enjoy 248 words!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar