Followers

Selasa, 16 Juni 2015

[Day 16 #NulisRandom2015] Frühling: Chapter 16


Frühling;
.
.
Spring
.
.
Chapter 16: Thank You
.
.
            Di hari itu, ada banyak pertanyaan yang menyambangi sudut pikiran Kanae. Di antara angin malam musim semi yang mendingin, pasar malam dadakan yang diadakan tepat di bawah pohon sakura, setangkup takoyaki pasar yang bahkan terasa terlalu asin di pengecapnya, genggaman Akihiro yang menghangatkan telapak tangannya, juga detakkan cepat yang terasa di dalam rongga dadanya.
            Suara tawa terdengar mendominasi sekelilingnya. Lampu-lampu kecil masih berkerlipan, seolah menantang para kunang-kunang yang ingin merajai malam. Aroma harum manis dan takoyaki berlomba-lomba memasuki indera penciuman orang-orang di sana. Teriakan keras, umpatan canda, pedagang yang saling menawarkan.
            Kesederhanaan kecil itu, tanpa sadar, telah membawa kemewahan tersendiri bagi Kanae.
            Di sekelilingnya, orang-orang memakai setelan daster dan mantel murah untuk menghalau dingin. Sandalnya jepit dan terlihat kotor dan sedikit sobek di sana-sini. Rambut mereka kusut, tubuh mereka dekil. Tetapi tawa mereka sungguh lebar. Seolah mereka adalah orang paling bahagia di dunia ini.
            “Apa yang kau pikirkan?”
            Suara Akihiro terdengar di antara resonansi di sekitarnya. Setangkai harum manis terulur tepat di depan wajah Kanae. Berwarna merah muda pudar. Kanae menerimanya, membuka segelnya dan memakannya dalam diam. Terasa sedikit terlalu manis, juga pahit. Mungkin mereka memakai gula biang atau semacamnya. Tentu saja, ini sangat murah. Tapi rasanya tetap menyenangkan.
            “Kak Shiro bisa membunuhmu, kau tahu.”
            Ucapan itu terlontar bersama senyum tulus yang Kanae umbar. Belah pipinya, entah mengapa, terlihat merona merah. Akihiro menyadarinya.
            “Makanya, jangan bilang—“ Akihiro melangkah maju, merapatkan jarak antara dirinya dengan gadis pemilik mata hitam itu. Mereka berada tepat di bawah pohon sakura, yang merah mudanya tetap bersinar bahkan di antara kelamnya malam.
            Akihiro menaut mata Kanae. Gadis itu sangat cantik. Senyumnya merekah di balik kesan angkuh yang mengelilinya. Gadis itu memikat. Di antara sarkasme kental juga ungkapan-ungkapan kasar bibirnya. Gadis itu mematikan. Di antara pohon sakura juga langit malam beserta isinya.
            Kanae merasakan sentuhan lembut pada wajahnya, jemari Akihiro berada di sana. Menularkan segala perasaan yang dimiliki pria bermata madu itu. Pria itu tersenyum, senyum yang membuat kedua lutut Kanae terasa melemah, jika ia tak mengepalkan tangan sekadar mencari kekuatan di sana.
            Lalu, dengan gerakan cepat—secepat bayangannya sendiri, tubuh Akihiro semakin mendekat, hingga Kanae tak dapat lagi melihat binaran di kedua mata cokelatnya itu.
            Dan, sentuhan hangat di kening Kanae dapatkan setelahnya.
            “Terima kasih untuk senyummu hari ini, Kanae.”
            Katanya, di antara keheningan itu.
            Dan ketika Kanae sadar Akihiro tengah mencium keningnya, ia hanya memejamkan mata seraya membalas pelan.
            “Sama-sama.”
            Dan terima kasih untuk semua kesederhanaan yang manis ini, Akihiro.

To Be Continued.

Ah, day 16! 406 words untuk segala kegombalan Akihiro ;p

Tidak ada komentar:

Posting Komentar