Frühling;
.
.
—Spring
.
.
Chapter
15: Citrus
.
.
Jam
sudah menunjukkan pukul lima sore ketika Akihiro melenggang pergi dari ruang
kerjanya untuk menunggu Kanae di parkiran sepeda motor dengan potongan jas yang
ia sampirkan di sebelah bahunya. Kemeja pria itu tak lagi rapi, beberapa
ujungnya memberontak keluar dari ikata pinggang di celana yang melilit seputar
pinggang pria itu. Bagian lengannya sudah digulung hingga siku, dan dasinya
sudah hilang dari pandangan, menyisakan pangkal dada yang terlihat karena dua
kancing teratas kemejanya sudah tak lagi tertaut.
Dan
entah sejak kapan, adjektif hot merasuki
pikiran Kanae ketika melihat pria itu berhenti tepat di hadapannya.
“Sudah
siap?”
Kanae
tahu, Shiro memiliki aura yang lebih hebat dari ini. Kakaknya selalu bisa
menipiskan udara di sekitar para gadis yang berada di dekatnya dengan keangkuhannya.
Dan Kanae tak membantah itu. Namun kini, Akihiro, dengan segala aura yang jauh
dari kata mendominasi atau segala keangkuhan yang dimiliki Shiro, mampu
menipiskan sumber udara di sekitar Kanae. Pria itu—menghipnotisnya dengan
caranya sendiri. Dengan senyum hangatnya, penampilan santainya, serta sesuatu
dalam matanya yang meyakinkan Kanae bahwa segalanya akan baik-baik saja.
Hanya
dengan bersamanya, segalanya tak lagi terasa salah.
“Aku
lupa mengingatkanmu, seharusnya kau tak usah pakai rok merepotkan itu.” Akihiro
bergumam seraya melangkah mendekati motornya—sebuah motor besar berwarna hitam
dengan gradasi oranye. Yang hanya dengan melihatnya saja, Kanae sudah dapat
membayangkan hal berbahaya macam apa yang akan ia dapatkan jika menaiki kuda
besi yang terlihat sangar itu.
“Ini,
pakai.”
Kanae
berhenti bermonolog pada dirinya sendiri, dan serta-merta menatap benda yang
diberikan Akihiro. Jas milik pria itu.
“Aku
tak ingin dipecat Shiro karena membuat adik tercintanya masuk angin.” Tukas
pria itu sambil tersenyum.
Kanae
mengangkat bahu, merasa pernyataan Akihiro ada benarnya. Ia hanya memakai blouse lengan pendek dan rok pensil.
Angin sore mungkin dapat membuatnya menggigil.
Aroma
Akihiro segera saja merasuki indera penciuman Kanae ketika gadis itu mengenakan
jas yang menenggelamkan tubuhnya itu. Harumnya seperti citrus, hangat dan manis. Sekaligus menenangkan. Membuat Kanae
tanpa sadar mengingatnya lekat-lekat dalam otak.
Gadis
itu kemudian memerhatikan Akihiro yang memakai jaket kulitnya. Lagi-lagi memunculkan
persepsi berbeda dalam diri Kanae. Pria ini … tidak biasa. Ia bukan hanya pria
monoton yang pergi-pulang kerja dengan mobil mewahnya. Akihiro terlihat lebih ‘liar’
dari itu jika dalam keadaan seperti ini. Liar dan … hot.
Astaga, kurasa aku sudah gila. Kanae
mengumpat dalam hati.
Suara
deruman mesin motor yang menggelegar mengagetkan sekaligus menyadarkan Kanae di
mana posisinya saat ini. Akihiro sudah rapat dengan helm ketika pria itu
memberikan satu lagi helm berwarna putih untuknya. Kanae, dengan sedikit
pertanyaan yang mengganjal, menerimanya dan segera memakainya.
“Bagus.
Jadi, naiklah, Kanae.”
Butuh
beberapa saat untuk Kanae memerhatikan keseluruhan badan motor besar itu.
Pijakannya begitu tinggi, ditambah dengan alas duduknya yang menjulang di
bagian belakang. Yaampun, posisinya akan sangat mencondong dan merapat ke arah Akihiro
nantinya. Lagipula, apa kabar dengan roknya?
“Ada
masalah?” Akihiro bertanya di balik helmnya. Suara deruman motor sedikit
mengaburkan suaranya.
Kanae
menggeleng singkat, “kupikir ini terlalu ekstrim.”
Kekehan
kecil terdengar dari pria di dekatnya. Tanpa Kanae sadari, tangan Akihiro
terulur untuk menarik pinggangnya mendekat ke badan motor. “Naiklah,
berpeganglah padaku jika kau ragu.”
Dan
dalam sekejap, tubuh Kanae sudah berada di belakang Akihiro dengan wajah tak
nyaman. Roknya! Astaga! Roknya terangkat hingga ke pangkal paha!
“Dengar,
berpeganglah padaku erat-erat, Kanae. Ini akan sedikit mengejutkanmu.”
Dalam
satu tarikan, Akihiro melepaskan gasnya dengan kencang, membuat tubuh Kanae
membentur punggung bidang pria itu. Refleks, kedua tangan Kanae melingkari
pinggang Akihiro, wajahnya ia sembunyikan dalam-dalam di punggung pria itu
ketika menyadari angin mulai menyapu seluruh tubuhnya. Adrenalinnya terpacu.
Tapi,
anehnya, sensasi ini terasa sangat menyenangkan.
Citrus yang hangat dan manis.
Benar-benar
menyenangkan hingga ia lupa bibirnya kini tengah membentuk senyum lebar
alih-alih kurva lengkung ke bawah tanda kekesalan.
To
Be Continued.
Nggak terasa udah setengah perjalanan. Hari kelimabelas yeay! Selamat menikmati 607 words yang membuat saya tiba-tiba jatuh cinta dengan Akihiro ini :'3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar