Followers

Senin, 15 Juni 2015

[Day 15 #NulisRandom2015] Frühling: Chapter 15


Frühling;
.
.
Spring
.
.
Chapter 15: Citrus
.
.
            Jam sudah menunjukkan pukul lima sore ketika Akihiro melenggang pergi dari ruang kerjanya untuk menunggu Kanae di parkiran sepeda motor dengan potongan jas yang ia sampirkan di sebelah bahunya. Kemeja pria itu tak lagi rapi, beberapa ujungnya memberontak keluar dari ikata pinggang di celana yang melilit seputar pinggang pria itu. Bagian lengannya sudah digulung hingga siku, dan dasinya sudah hilang dari pandangan, menyisakan pangkal dada yang terlihat karena dua kancing teratas kemejanya sudah tak lagi tertaut.
            Dan entah sejak kapan, adjektif hot merasuki pikiran Kanae ketika melihat pria itu berhenti tepat di hadapannya.
            “Sudah siap?”
            Kanae tahu, Shiro memiliki aura yang lebih hebat dari ini. Kakaknya selalu bisa menipiskan udara di sekitar para gadis yang berada di dekatnya dengan keangkuhannya. Dan Kanae tak membantah itu. Namun kini, Akihiro, dengan segala aura yang jauh dari kata mendominasi atau segala keangkuhan yang dimiliki Shiro, mampu menipiskan sumber udara di sekitar Kanae. Pria itu—menghipnotisnya dengan caranya sendiri. Dengan senyum hangatnya, penampilan santainya, serta sesuatu dalam matanya yang meyakinkan Kanae bahwa segalanya akan baik-baik saja.
            Hanya dengan bersamanya, segalanya tak lagi terasa salah.
            “Aku lupa mengingatkanmu, seharusnya kau tak usah pakai rok merepotkan itu.” Akihiro bergumam seraya melangkah mendekati motornya—sebuah motor besar berwarna hitam dengan gradasi oranye. Yang hanya dengan melihatnya saja, Kanae sudah dapat membayangkan hal berbahaya macam apa yang akan ia dapatkan jika menaiki kuda besi yang terlihat sangar itu.
            “Ini, pakai.”
            Kanae berhenti bermonolog pada dirinya sendiri, dan serta-merta menatap benda yang diberikan Akihiro. Jas milik pria itu.
            “Aku tak ingin dipecat Shiro karena membuat adik tercintanya masuk angin.” Tukas pria itu sambil tersenyum.
            Kanae mengangkat bahu, merasa pernyataan Akihiro ada benarnya. Ia hanya memakai blouse lengan pendek dan rok pensil. Angin sore mungkin dapat membuatnya menggigil.
            Aroma Akihiro segera saja merasuki indera penciuman Kanae ketika gadis itu mengenakan jas yang menenggelamkan tubuhnya itu. Harumnya seperti citrus, hangat dan manis. Sekaligus menenangkan. Membuat Kanae tanpa sadar mengingatnya lekat-lekat dalam otak.
            Gadis itu kemudian memerhatikan Akihiro yang memakai jaket kulitnya. Lagi-lagi memunculkan persepsi berbeda dalam diri Kanae. Pria ini … tidak biasa. Ia bukan hanya pria monoton yang pergi-pulang kerja dengan mobil mewahnya. Akihiro terlihat lebih ‘liar’ dari itu jika dalam keadaan seperti ini. Liar dan … hot.
            Astaga, kurasa aku sudah gila. Kanae mengumpat dalam hati.
            Suara deruman mesin motor yang menggelegar mengagetkan sekaligus menyadarkan Kanae di mana posisinya saat ini. Akihiro sudah rapat dengan helm ketika pria itu memberikan satu lagi helm berwarna putih untuknya. Kanae, dengan sedikit pertanyaan yang mengganjal, menerimanya dan segera memakainya.
            “Bagus. Jadi, naiklah, Kanae.”
            Butuh beberapa saat untuk Kanae memerhatikan keseluruhan badan motor besar itu. Pijakannya begitu tinggi, ditambah dengan alas duduknya yang menjulang di bagian belakang. Yaampun, posisinya akan sangat mencondong dan merapat ke arah Akihiro nantinya. Lagipula, apa kabar dengan roknya?
            “Ada masalah?” Akihiro bertanya di balik helmnya. Suara deruman motor sedikit mengaburkan suaranya.
            Kanae menggeleng singkat, “kupikir ini terlalu ekstrim.”
            Kekehan kecil terdengar dari pria di dekatnya. Tanpa Kanae sadari, tangan Akihiro terulur untuk menarik pinggangnya mendekat ke badan motor. “Naiklah, berpeganglah padaku jika kau ragu.”
            Dan dalam sekejap, tubuh Kanae sudah berada di belakang Akihiro dengan wajah tak nyaman. Roknya! Astaga! Roknya terangkat hingga ke pangkal paha!
            “Dengar, berpeganglah padaku erat-erat, Kanae. Ini akan sedikit mengejutkanmu.”
            Dalam satu tarikan, Akihiro melepaskan gasnya dengan kencang, membuat tubuh Kanae membentur punggung bidang pria itu. Refleks, kedua tangan Kanae melingkari pinggang Akihiro, wajahnya ia sembunyikan dalam-dalam di punggung pria itu ketika menyadari angin mulai menyapu seluruh tubuhnya. Adrenalinnya terpacu.
            Tapi, anehnya, sensasi ini terasa sangat menyenangkan.
            Citrus yang hangat dan manis.
            Benar-benar menyenangkan hingga ia lupa bibirnya kini tengah membentuk senyum lebar alih-alih kurva lengkung ke bawah tanda kekesalan.

To Be Continued.

Nggak terasa udah setengah perjalanan. Hari kelimabelas yeay! Selamat menikmati 607 words yang membuat saya tiba-tiba jatuh cinta dengan Akihiro ini :'3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar