Judul :
Melbourne: Rewind
Penulis :
Winna Efendi
Penerbit :
GagasMedia
Tahun Terbit :
2013
Tebal Buku :
328 halaman
Rating :
5 of 5 stars
Max dan Laura,
kembali bertemu setelah beberapa tahun lamanya berpisah dengan menyandang gelar
mantan kekasih. Mereka pernah saling jatuh cinta. Lelaki pengagum cahaya serta
gadis pecinta musik aneh.
Suara Laura yang
Max dengar melalui siaran radio tengah malam itulah, yang akhirnya kembali
memertemukan mereka berdua. Seolah meng-klik tombol Rewind kasat mata yang kembali mengulang kebersamaan mereka. Namun
untuk kali ini, tanpa embel-embel cinta.
…
“Dia berdiri di
hadapanku, masih dengan lekuk senyum yang sama, tatapan mata berbinar yang
sama, cara berdiri yang sama—kedua tangan dalam saku, dengan bahu sedikit
membungkuk.” (Laura)
“Sekarang, dia
ada di sini, di hadapan gue, tersenyum dan berbicara mengenai apa saja, seperti
malam-malam kami di Prudence, enam tahun yang lalu.” (Max)
…
Keduanya secara
alami terus kembali berhubungan setelah malam itu. Menyamankan diri sebagai
sepasang sahabat—tak lebih. Saling berbagi seperti Max dan Laura enam tahun
silam.
Seluruhnya
hampir terus berjalan dengan baik sampai akhirnya Max menyadari bahwa perasaan
yang ia miliki pada Laura saat itu ternyata masih sama seperti beberapa tahun
silam. Ia tetap mencintai Laura. Namun, Max terus bertahan dengan kedekatan
mereka tanpa ia harus mengatakan perasaan tersebut pada Laura.
Lalu, Evan
hadir. Lelaki ramah yang merupakan kekasih dari Cee—sahabat Laura. Max
menyadari sebuah ketertarikan tak terlihat di mata Laura pada lelaki itu, walau
Laura berusaha menyembunyikannya dan terus menyimpannya rapat-rapat. Perasaan
Max pun tak dapat dibendung lagi, saat akhirnya ia mengutarakan tentang perasaannya
yang masih ‘bertahan’ pada Laura.
…
“I love you, Laura. Damn it, I love you even
now. But you’re making things difficult for me to love you properly.” (Max)
“Hubungan kami
berbeda, ekspetasi kami berbeda, hidup kami berbeda. Gue nggak ngerti apa yang
dia harapkan dari gue, Cee. And it’s hard
to say friends that way.” (Laura)
…
Dan di sinilah
akhirnya mereka, terjebak pada sebuah perasaan absurd tak berujung. Saat mereka tak dapat kembali ke masa lalu,
hanya untuk merubah sebuah analogi yang tak diinginkan.
It’s a coolest novel I’ve ever read.
Novel ini
merupakan seri proyek STPC yang dibuat oleh GagasMedia. Dan, kali ini,
Melbourne sebagai latar tempatnya.
Aku selalu suka
dengan cara Kak Winna menuliskan cerita-ceritanya. Bagaimana diksi sederhana
dapat menjadi satuan kalimat yang indah dan membekas. Bagaimana sebuah cerita
sederhana, dapat menjadi sebuah cerita yang kuanggap excited.
Seperti kata
Laura dalam ceritanya; “Kami bertemu,
kami saling jatuh cinta, kami berpacaran, kami putus, kami move on. Sesederhana
itu.”
Dan cerita ini
memang as simple as that.
Namun, Kak Winna
mampu membawa para pembacanya merasakan segala kesederhanaan itu menjadi sebuah
cerita yang indah untuk dibaca. Aku bahkan tidak segan-segan memberikan
Melbourne bintang lima. It’s so cool.
Aku suka Max dan Laura. Suka segala obsesi Max pada cahaya, juga obsesi Laura
pada lagu-lagu anehnya.
Setiap bab di
novel ini menyerupai judul lagu. Kak Winna juga menyertakan daftar playlist keenambelas lagu-lagu itu (yang
akhirnya ku download dan sekarang
menjadi playlist favoritku). So, kita
dapat membaca setiap bab dalam novel ini diiringi lagu-lagu tersebut.
Pokoknya, ini
novel sederhana yang keren. So damn cool!
Dan, aku tidak akan protes soal ending-nya
;p
I’ll always waiting for Kak Winna’s next project!
Sign,
Hidya Nuralfi Mentari (@hidyanuralfi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar