Frühling;
.
.
—Spring
.
.
Chapter
27: Project?
.
.
Suara langkah
terdengar statis ketika Akihiro memasuki ruang kerjanya. Di sana, Sei sudah
datang lebih dulu. Teman satu kubikelnya itu tiba-tiba saja menghampirinya
dengan dahi yang berkerut-kerut samar.
“Ada
yang mencarimu.”
“Siapa?”
“Shizuna-san.”
Kedua
hazel Akihiro melebar dengan refleks.
Entah mengapa, segala gagasan aneh sudah lebih dulu terbentuk di dalam
pikiran-pikirannya tersebut.
“Why you so … surprised? Bukankah kalian
memang sedang mengerjakan proyek bersama?”
Ucapan
Sei seperti genangan air yang mengalirinya di antara el nino yang menyesakkan.
Ah, benar, pasti Shiro memanggilnya karena urusan pekerjaan, kan? Memangnya apa
lagi?
“Ah,
ya. Aku akan ke sana.”
Ketika
Akihiro kembali melangkahkan kaki keluar ruangan, suara Sei terdengar berteriak
di belakangnya. Mengujar tanpa mengenal tempat dan menilai kapasitas volume
lengkingannya sama sekali.
“Hoi,
ingat, kaubelum menceritakan tentang hubunganmu dengan adik perempuan Shizuna-san, Akihiro!”
Akihiro
hanya menggeleng pelan. Mulut besar sekali, si Sei itu. Untung kantor masih
sepi, jika sudah ramai dan teman-teman satu divisinya mendengar itu, apa yang
harus ia katakan kalau-kalau mereka meminta penjelasan.
Pria
itu memasuki lift dan menekan tombol
di mana ruangan Shiro berada. Meski ia sudah meyakinkan diri bahwa Shiro
memanggilnya untuk urusan pekerjaan, diam-diam ia memikirkan hal lain,
bagaimana jika atasannya itu memanggilnya karena Kanae? Bagaimana kalau …
astaga! Akihiro mengumpat dalam hati. Jangan-jangan Shiro tahu kemarin Kanae
baru saja mencium pipinya.
Namun,
segera saja Akihiro menepis pemikiran itu. Konyol sekali, sih, dirinya.
Ketika
Akihiro sampai di ruangan Shiro, de javu menyergap dirinya. Dulu, ketika ia membuka
pintu ini, ia dikejutkan oleh pemandangan yang membuat hatinya carut-marut.
Tapi, tak ingin lebih lama berpikir gamang, ia segera mengetuk pintu sebelum
akhirnya memutar kenopnya.
Syukurlah,
hanya ada Shiro di sana.
“Selamat
pagi, Shizuna-san.”
Tatapan
mata Shiro memandangnya sekilas, kemudian mempersilakannya untuk duduk di kursi
di hadapan pria itu.
“Aku
sudah melihat data yang kau kirimkan beberapa waktu lalu…”
Dan
pembicaraan mereka pun akhirnya berpusat antara proyek yang tengah mereka
jalani. Akihiro diam-diam menghela napas, heran sendiri ia masih bisa bersikap profesional
setelah semua yang telah terjadi di antara mereka.
“Baiklah,
kutunggu hasilnya lusa. Kuharap kau melakukannya dengan baik.” Pungkas Shiro
pada ujaran terakhirnya.
Akihiro
mengangguk pelan, bersiap untuk melangkah pergi setelah sebelumnya mengucapkan
terima kasih dan salam hormat pada Shiro.
Namun,
ketika ia baru saja menyentuh kenop pintu, Shiro kembali memanggilnya.
Akihiro
berbalik, kembali menatap pria yang kini tengah menatapnya dengan tatapan yang
sulit ia artikan.
Lalu
pria itu menandas.
“Akhir-akhir
ini Kanae lebih banyak tersenyum.”
Shiro
sedikit mengangkat sudut bibirnya sebelum kembali meneruskan.
“…terima
kasih.”
To
Be Continued.
huhu ngerasa aneh sama chapter ini :'> but, enjoy 406 words :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar