Frühling;
.
.
—Spring
.
.
Chapter
25: Osculation
.
.
“Ini
apartemenku.”
“Apa
boleh?”
Akihiro
terkekeh kecil, tangannya dengan refleks terulur untuk mengacak lembut helaian
rambut hitam Kanae dengan gemas. “Tentu saja, Kanae-sama. Memang siapa yang mau melarang?”
Sekilas
rona merah muncul di kedua belah pipi Kanae, lagi-lagi membuat Akihiro
tersenyum lembut. Gadis itu manis sekali, dan tak pernah sadar telah sukses membuat
hati Akihiro berjungkat-jungkit menyenangkan. Apa dirinya juga begitu? Apa ia
membuat hati Kanae berdebar-debar juga?
Akihiro
membuka pintu apartemennya. Ini pertama kalinya ia membawa seorang gadis ke
sini. Entah kenapa, ia hanya ingin Kanae mengenalnya lebih jauh, lebih intim.
Ketika ia sudah yakin dengan perasaannya sendiri, maka tugasnya kali ini adalah
meyakinkan perasaan Kanae. Dan ia akan melakukannya dengan totalitas penuh agar
membuat gadis itu benar-benar membalas perasaannya.
“Mau
minum apa?”
Kanae
mendengar Akihiro mengujar, tapi ia tak segera menjawab. Netra oniksnya tengah
terpaku pada ruang apartemen Akihiro yang minimalis dan rapi. Warna hitam dan
putih mendominasi, menguarkan aura maskulinitas tersendiri bagi orang-orang
yang melihatnya. Belum lagi aroma citrus yang
menyambangi indera penciuman gadis itu. Harum Akihiro. Ah, betapa nyamannya
jika ia bisa terus-menerus berada di sini dengan aroma Akihiro menemaninya
sepanjang waktu.
“Hei,
Kanae?” sebuah lambaian telapak tangan yang besar mengagetkan Kanae dari segala
kemelut pikirannya. Gadis itu mengalami disorientasi pikiran sejenak, sebelum
akhirnya menyadari seringaian Akihiro di depannya. “Kau mau minum apa?”
“A-apa
saja,” jawabnya cepat.
Pria
di depannya itu lagi-lagi tersenyum, menggeleng pelan sebelum kembali melangkah
memasuki bagian dalam apartemennya. “Tunggu di sini, ya. Aku buatkan minum
dulu.”
Kanae
mengangguk dan melangkah mendekati sofa beludru hitam yang berada tak jauh
darinya. Ia duduk di sana, mengempaskan diri pada bangku empuk nan nyaman
tersebut. Matanya kembali menginvasi sekelilingnya, saat tiba-tiba ia menemukan
kumpulan bingkai-bingkai foto yang tersusun rapi di meja kecil di samping sofa
yang ia duduki.
Gadis
itu beringsut mendekat ke arah meja, meneliti satu-persatu foto-foto yang
menarik perhatiannya. Kanae tersenyum melihat berbagai ekspresi Akihiro di
sana. Ada salah satu foto yang membuatnya terkikik, yaitu foto berobjekan
Akihiro dalam seragam elementary school sedang
menangis dengan gigi ompong.
“Senang
dengan apa yang kaulihat?”
Suara
itu lagi-lagi menyita kegiatannya. Ia menoleh dan mendapati Akihiro tengah
berdiri di sampingnya dengan secangkir teh hangat. Harumnya manis sekali.
“Kau
lucu sekali dulu.” Kekeh sang gadis pelan.
“Memangnya
sekarang sudah tidak?”
Tanya
itu membuat Kanae gemas dan serta-merta meninju pelan bahu Akihiro. Namun,
sepertinya Akihiro menikmati sentuhan itu, karena ketika Kanae berniat kembali
menarik tangannya, pria itu tetap menahannya di sana. Mengelusnya pelan dengan
sebuah senyum lembut yang membekukan Kanae.
Waktu
seketika berhenti, harum citrus dan teh
yang menyatu membuat pikiran Kanae semakin melebur entah ke mana. Pun sentuhan
Akihiro di tangannya yang menghangat. Segalanya terasa nyaman. Begitu nyaman
sampai-sampai Kanae merasa ingin merasakan sesuatu yang kiranya lebih dari ini.
Tak
mampu menahan segala rontaan dalam rongga dadanya, Kanae mencondongkan tubuh,
mendekat pada Akihiro hingga ia bisa merasakan hangat napas pria itu di
pipinya. Tanpa aba-aba, kedua kakinya berjinjit pelan, bibirnya mencari-cari
sampai ia menemukan pipi Akihiro dalam kecupannya.
Kanae
mengecup Akihiro.
Mengirim
sejuta sengatan kupu-kupu ke dalam perut pria yang kini tengah melebarkan mata
karena terkejut itu.
To
Be Continued.
508 words untuk aspartam-aspartam :3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar