Followers

Rabu, 02 Juli 2014

[Book Review] London: Angel by Windry Ramadhina

Judul: London: Angel
Penulis: Windry Ramadhina
Penerbit: Gagas Media
Jumlah Halaman: 330 lembar
Tahun Terbit: 2013

4 of 5 stars

...
"Aku akan mengejar Ning ke London!"
...

Gilang, pemuda Indonesia yang berprofesi sebagai penulis amatir telah bertahun-tahun memendam perasaan kepada Ning--sahabatnya. Malam itu, di antara bergelas-gelas Jack Daniel's yang membuatnya mabuk, ia menandaskan ide gila bin sinting tersebut. Pergi ke London. Menemui Ning. Untuk mengungkapkan perasaannya.

...
Sebagai seorang penulis, terlebih aku adalah seorang penulis roman, seharusnya aku tahu hal utopis semacam 'mengejar gadis ke London atas nama cinta' hanya berjalan lancar dalam kisah-kisah fiksi.
...

Namun, usahanya menemui Ning dan memberikan kejutan pada gadis itu tidaklah semulus yang Gilang bayangkan. Berhari-hari ia mendapati apartemen yang Ning tempati kosong. Berhari-hari pula ia menghabiskan waktu tak tentu arah mengelilingi London sembari menunggu Ning kembali.

Tanpa disangka, perjalanannya itu membawa Gilang bertemu pada seorang wanita cantik yang ia temui di bawah rintik hujan. Bermata biru indah, berambut ikal gelombang keemasan, dengan senyum memesona yang begitu sempurna. Ia memanggilnya Goldilocks. Berkali-kali ia bertemu dengannya, namun anehnya: Goldilocks selalu muncul saat hujan mulai datang dan pergi saat hujan berhenti. Wanita cantik itu hanya meninggalkan sebuah payung merah yang tanpa Gilang ketahui--akan berperan banyak dalam hidup orang-orang di sekitarnya.

...
"Kau lucu,"

"Terima kasih. Kau misterius."

"Misterius?"

"Ya. Kau muncul tiba-tiba, pergi tiba-tiba. Sangat misterius."
...

Gilang juga bertemu dengan orang-orang berkepribadian unik seperti Ed, Madam Ellis, Mister Lowesley, dan Ayu--gadis maniak buku yang juga berasal dari Indonesia

Saat akhirnya Gilang bertemu dengan Ning, ada pergolakan hati yang muncul pada diri pemuda itu. Bagaimana kalau ternyata Ning menolaknya? Bagaimana kalau ia selama ini bertepuk sebelah tangan? Bagaimana kalau ... selama ini Ning memang hanya menganggapnya sebagai sahabat--tak lebih.

...
"Sejak lama aku menginginkanmu. Enam tahun, atau mungkin lebih dari itu. Bukan sebagai sahabat."
...

Di sela kemelut pikirannya tentang Ning, bayangan Goldilocks yang selalu hadir di saat hujan terus menghantuinya. Ia penasaran. Ia ingin tahu. Dan ia ingin bertemu lagi dengannya. Maka Gilang pun terus mencarinya.

...
"Kau tidak perlu mencarinya. Kau cuma perlu berdoa agar hujan turun."
...

Dan saat akhirnya mereka bertemu, tak pelak ada begitu banyak hal yang telah terjadi berkat keajaiban-keajaiban yang dibawa oleh Goldilocks. Membuat Gilang terus-menerus bertanya,

Siapa sebenarnya wanita itu?

.
.
.

It's my first time read Kak Windry's book. Aku juga punya Memori, Montase, dan Everlasting Love yang berisi tulisannya. Tetapi entah kenapa, aku memilih London menjadi novel pertama Kak Windry yang kubaca. Mungkin karena kabarnya novel ini akan difilmkan?

My first opinion ... beautiful. Kak Windry menulis dengan begitu indah dan cantik. Dengan kekayaan diksi yang begitu indah juga. Bahkan aku seperti merasa membaca buku terjemahan. Semuanya terasa pas. Aku juga suka karena judul-judul buku bertebaran di sini. Memperlihatkan bahwa pengetahuan Kak Windry tentang buku dan dunia kesusastraan klasik lumayan luas :))

Overall, lagi-lagi aku suka dengan sub tema sahabat jadi cinta di sini. Jujur, tema itu membuatku lebih semangat membaca novel ini. Hanya saja, aku kurang sreg dengan tema utamanya. Terlebih karena ini memakai point of view seorang laki-laki (aku tipe pembaca yang lebih mudah bersimpati pada tokoh utama perempuan). Jadi, ya, ada beberapa hal yang masih kurang dapat kunikmati.

Oh ya, keapikan Kak Windry menyambungkan benang-benang cerita juga mengagumkan. Aku suka bagaimana di sini, ia membuat sebuah payung merah milik Goldilock akhirnya menjadi sesuatu yang berperan penting pada orang-orang di sekitar Gilang. Tapi aku kurang puas mengenai penjelasan Goldilocks. Sampai akhir aku tidak menemukan penjelasan yang melegakan atas siapa sebenarnya dia.

Dan endingnya! Oh My God! :''")) bukan ending yang kuharapkan, sih. Tapi di tengah cerita aku sudah 'sempat' menebak walau sedikit.

Tapi overall suka, kok. Suka dengan gaya penulisannya yang mengalun. Mengalir. Cuma kurang greget xP Sepertinya aku akan dengan senang hati mencoba karya Kak Windry yang lainnya :)

4 of 5 stars

Tidak ada komentar:

Posting Komentar