Followers

Rabu, 02 Juli 2014

[Book Review] Bangkok: The Journal by Moemoe Rizal

Judul: Bangkok: The Journal
Penulis: Moemoe Rizal
Penerbit: Gagas Media
Jumlah Halaman: 436 lembar
Tahun Terbit: 2013

5 of 5 stars

Edvan Wahyudi adalah seorang arsitek muda yang bisa dibilang tengah berada dalam puncak karir. Sepuluh tahun meninggalkan keluarga demi keegoisan dan kekeraskepalaannya sendiri, tiba-tiba saja Edvin--sang adik, membawa kabar buruk yang seolah menghantam Edvan tepat di jantung.

Bahwa Ibunya baru saja meninggal.

Hal tersebut mau tak mau membawa Edvan ke dalam sebuah fragmen non-logis yang terjadi padanya. Pertama, sang adik laki-laki--Edvin, kini telah tampil berbeda dengan menjadi seorang transgender. Ia bukan lagi adik laki-laki Edvan, namun sudah berubah menjadi perempuan cantik nan memesona bernama Edvina.

'Edvin yang kutahu adalah laki-laki. Aku mengajarinya main layangan. Aku mengajarinya main kelereng. Aku pipis bareng Edvin, dan kami pipis berdiri. Bahkan, aku menjadikannya Robin (sementara aku Batman).'

Kemudian, sebuah wasiat Ibunya yang meminta Edvan mencari tujuh jurnal yang berada di Bangkok. Jurnal-jurnal itu dikatakan akan menjadi peta di mana nantinya ia dapat menemukan warisan Ibu dan Ayahnya.

"Semua jurnal ini tersebar di Bangkok, Thailand. Ibu cuma pengin Kakak mengumpulkan semua jurnal itu, merangkaikan, dan menemukan warisan Ibu dari situ."

Dengan hati dongkol dan terheran-heran mengapa dirinya menyanggupi permain 'pencarian jurnal' konyol itu, akhirnya Edvan berangkat ke Bangkok. Bersamaan dengan Edvina yang kebetulan akan mengikuti sebuah kontes kecantikan khusus waria di sana.

Dan, perjalanan itulah yang akhirnya mempertemukan Edvan dengan Charm, gadis Thailand cantik yang ramah dan sopan. Charm menjadi semacam tour guide Edvan selama ia berada di Bangkok atas saran dari seorang pramugari di pesawat yang ditumpanginya.

'She's the one whose I won't mind being kidnapped by. Hahaha.'

Sejak pertama kali bertemu Edvan memang sudah tertarik dengan segala sifat menyenangkan Charm. Namun ia tak pernah menyangka kalau pada akhirnya prinsip witing tresno jalaran soko kulino akan menyambanginya. Ia jatuh cinta pada Charm.

'Berani mengambil hati seorang arsitek? Jangan protes kalau rumahmu mendadak lebih bagus dari sebelum bertemu aku.'

Namun, ternyata Charm tidak mudah untuk dijadikan sebuah objek jatuh cinta. Gadis itu terus-menerus mengatakan pada Edvan bahwa laki-laki itu tidak seharusnya jatuh cinta padanya. Ada banyak hal misterius tentang Charm yang tak Edvan mengerti.

Selain itu, jurnal-jurnal yang lain masih menunggu untuk ditemukan. Ada misteri apa sebenarnya di antara jurnal-jurnal yang tersebar di dataran Bangkok itu? Apa yang sebenarnya ingin ditunjukkan Ibu Edvan melalui jurnal-jurnal tersebut?

Dan ... mengapa semakin hari Charm terlihat semakin pucat?

"Hidup ini indah, Khun, sebenarnya. Kalau aku punya kesempatan lebih, aku ingin menikmati dunia ini sambil menciptakan kenangan indah untuk orang-orang di sekitarku."

---Bangkok: The Journal---

Cool, wonderful, beautiful, and meaningful.

Ada banyak hal yang sangat aku sukai dalam novel ini. Pertama, diksi yang dipakai Kak Mumu, semacam gaya bahasa ceplas ceplos khas cowok tapi tetap mengandung arti yang jleb-jleb. Lalu, percakapan-percakapannya yang kocak tapi cerdas. Entah kenapa aku sangat sangat suka dengan percakapan itu. Rasanya keren aja gitu. Kemudian, deskripsi tempat-tempatnya. I don't know apa Kak Mumu sudah pernah pergi ke Bangkok apa belum, yang jelas pendeskripsian tempat di dalam novel ini sangat detai dan nyata. Laluuu, para tokohnya. Edvan, Edvin(a), Charm, Max, Stevan, Monyakol, Kanok, para Miss Waria, Noi, Apsara, dan tokoh-tokoh lainnya dalam novel ini benar-benar menghidupkan cerita. Unik. Dan karena macam-macam sifat unik mereka itulah akhirnya novel ini menjadi sangat menarik.

Selama membaca, entah kenapa aku nggak bisa ngelepas pikiranku yang menyatakan kalau Edvan ini Kak Mumu banget. Nggak ngerti, lah, tapi sepanjang cerita aku membayangkan Edvan ini ya Kak Mumu (dear Kak Mumu, kalau lihat jangan geer yaw xP)

Oh iya, aku juga suka karena ada beberapa bab dalam novel ini yang judul bab-nya diambil dari judul-judul novel Kak Mumu yang sebelumnya (Fly to The Sky, Jump, Outrageous). Dan sebenarnya kepingin nanya, kenapa Oh, Baby dan Satu Cinta Sejuta Repot nggak dimasukin juga xD

Pokoknyaaa suka. Isu transgender dan Ibu ini benar-benar nusuk. Meaningful. Banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari novel ini. Aku masih speechless, kok bisa ya Kak Mumu kepikiran bikin novel dengan ide kayak gini? Cool!

Karena bingung mau ngomong apa lagi, intinya novel ini merupakan paket lengkap. Karena cerita yang tertuang tidak hanya melulu soal cinta. Ada banyak hal. Dan semua itu bisa kita pelajari. Keluarga, persahabatan, prinsip, menjadi diri sendiri, sosial, kebudayaan, etc, etc, etc...

So, Kak Mumu, you're cool! :3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar