Rasanya nggak tau lagi mau curhat di mana. It's like ... aku kepingin neriakin ini ke orangnya langsung, but I can't. Jadi, ya, siapa tau aja kamu baca ini, I hope that you'll know how much I hate about your attitude.
Plagiarisme. Plagiat. Siapapun yang mendengar kata ini pasti sudah berpikiran negatif, kan? Aku juga sering dengar beberapa penulis yang 'mencak-mencak' saat mereka tau ada salah satu karya mereka yang diplagiat. Saat itu aku juga ngerasa simpati. Tapi 'hanya' sekadar simpati yang nggak pernah benar-benar aku ngerti gimana kesalnya mereka sebenarnya.
And now, I feel that. Rasanya mau teriak ke para penulis itu ("hei, I feel you!") saat beberapa jam lalu ini, aku ngeliat kutipan kata-kata yang kubuat ternyata tengah bertengger manis pada bio salah seorang temanku. Teman SMA-ku dulu. No problem, sih, kalo dia ngasih disclaimer atau sumber kata-kata itu dari mana. Tapi ini sama sekali nggak ada. Dan kata-kata itu sama persis dengan kata-kata yang kubuat di sebuah tulisan. Ini tulisannya: https://m.facebook.com/notes/hidya-nuralfi-mentari/giveaway-novel-loved-you-love-you-then/10152110566230768/?refid=21
Aku nggak bakal bilang secara terang-terangan siapa kamu di sini. Tapi, ini nyesek lho. Seperti yang dilihat, aku bikin tulisan itu untuk sebuah giveaway (sampai akhirnya aku bisa menang lewat tulisan itu). Memang hanya giveaway berhadiah novel dan mousepad, sih. Tapi, kan ... you don't know how much time I've losing cuma untuk merangkai kata-kata itu. Dan, seberapa berharganya kata-kata itu untukku.
Memang dia nggak mengopi keseluruhannya, dia hanya mengopi beberapa kalimat akhir yaitu: "Jatuh cinta padamu memanglah kesalahan terbesarku. Tetapi, jatuh cinta padamu adalah kesalahan termanis yang pernah kulakukan pada akhirnya." but, hei! Tetap aja itu kata-kataku, kan :( dan dia udah menyadur tanpa izin dan sumber atau disclaimer siapa pembuat kata-kata itu sebenarnya. Seolah memang dia yang bikin.
Oh, ayolah. Aku masih menganggap ini sebagai sebuah apresiasi. Tapi dalam porsi yang salah. Setidaknya izin aku dulu, atau tulis sumber gitu, kan? Apalagi dia temanku :( karena ternyata, saat menemukan ide kita disadur/diakui orang lain itu nyesek banget, lho. Sekarang aku ngerti kenapa para korban plagiarisme itu 'mencak-mencak' kesalnya.
But, mari ambil hikmahnya. Tadi salah satu temanku yang aku curhatin bilang gini: "Seenggaknya dengan kejadian kayak gini lo bisa liat bahwa ternyata karya lo itu udah ngebuat orang lain sampe bertindak kayak gitu. Nyesek sih dan lo akhirnya ngerti kalo jadi penulis ya resikonya gini."
Thanks to Galuh for that.
Akhirnya aku jadi mikir, ini resiko. Belum jadi penulis aja udah kayak gini, ya berarti aku harus lebih siap dengan resiko yang lebih besar lagi kalau benar-benar ingin jadi penulis.
Ya, jadiin pelajaran lah. Meskipun nyesek.
Dan buat kamu, seandainya kamu baca ini, thanks buat apresiasinya. Kamu membuatku berpikir kalau karyaku ternyata pantas untuk di show ke media. That's good. Walaupun dengan cara yang salah. Setidaknya, izin atau bilang ke aku kalau mau dijadiin bio. Really, aku bakal lebih seneng daripada kamu diem-diem gitu dan malah bikin aku menilai tindakan kamu negatif kayak gini, kan?
That's all. Dan makasih sebelumnya :)
Sign,
H.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar