Followers

Rabu, 10 Juli 2013

Review: NOTASI By Morra Quatro

Judul: NOTASI
Penulis: Morra Quatro
Penerbit: GagasMedia
Harga: Rp. 43.000
5 of 5 stars
Sinopsis:
Rasanya, sudah lama sekali sejak aku dan dia melihat pelangi di langit utara Pogung.
Namun, kembali ke kota ini, seperti menyeruakkan semua ingatan tentangnya; tentang janji yang terucap seiring jemari kami bertautan.

Segera setelah semuanya berakhir, aku pasti akan menghubungimu lagi.

Itulah yang dikatakannya sebelum dia pergi.
Dan aku mendekap erat-erat kata-kata itu, menanti dalam harap.
Namun, yang datang padaku hanyalah surat-surat tanpa alamat darinya.
Kini, di tempat yang sama, aku mengurai kembali kenangan-kenangan itu....

Pertama kali baca ulasannya digoodreads ataupun media review lainnya, aku tahu novel ini memiliki 'kasus' yang sama dengan FORGIVEN. Kalau FORGIVEN lebih ke sci-fi, NOTASI like a...historical fiction--genre fiksi cerdas yang akhir-akhir ini menarik perhatianku dibandingkan dengan kisah romance yang 'biasa-biasa aja'.

But, fortunately, yet. Kenapa endingnya juga harus kayak gini:''') ini seolah menguak luka lamaku atas Will. Hingga akhirnya berpikir, bahkan sampai Nino pun nggak kesampean:') this takes my tears so much!

But, ada beberapa hal yang akhirnya kusimpulkan. Cerita ini nggak akan se-greget ini kalau endingnya nggak seperti ini. Kak Morra selalu tahu bagaimana menempatkan cerita sad ending namun tetap terlihat happy ending--meski menurutku tidak, sih. Hahaha. Tapi yang aku cari bukan endingnya kok, tentu saja. Dan teman-teman yang baca ini pun pasti tahu sekelumit ending yang kurang menyenangkan disini seolah terbayar dengan keseluruhan cerita cerdas ini.
Seperti yang aku bilang--cerita ini memiliki 'kasus' yang sama dengan FORGIVEN. Bukan 'kasus' dalam arti yang sebenarnya. Tapi seperti alur, kerangka, bahkan prolog-epilog yang mengingatkanku pada novel pertama Kak Morra itu. Hanya saja disini bukan Will dan segala fisikanya. Disini ada Nino-Nalia dengan sejarahnya (dan juga teknik sebagai latar belakang Nino). Aku suka tema reformasi yang diangkat dalam cerita ini. Tentang orang-orang pada masa itu dan juga pemerintahannya yang sangat terkenal. Juga mahasiswa-mahasiswanya yang membuatku merinding sendiri. Dan kisah antara Nino-Nalia membuatku sadar, pasti ada cinta seperti itu ditengah-tengah masanya. Merinding. Aku ingat, di SMA aku sangat tidak menyukai pelajaran sejarah. Satu-satunya pelajaran sejarah yang kuingat ya hanyalah reformasi karena saat itu aku pernah ditugaskan membuat presentasi tentang masa reformasi dan tetek bengeknya. Maka, novel ini seolah mengingatkanku kembali saat-saat guru sejarahku berdiri didepan kelas dan menerangkan tentang Elang dkk yang terbunuh, ataupun orang-orang yang menghilang begitu saja di masa itu. Untuk Kak Morra, terimakasih telah mengangkat tema ini dengan penuh emosi. Dan aku akan selalu memberi seluruh stok jempolku untung pembawaan emosi yang selalu berhasil dibentuk oleh Kak Morra dari tulisan-tulisannya.

Aku sudah sering membaca novel-novel berlable 'sad ending', tetapi aku tak pernah ingin memilikinya. Semua novel berlable itu kubaca dari hasil pinjam atau pun googling book atau bahkan curi-curi baca ditoko buku. Tetapi novel ini telah menyelip diantara semua novel happy ending yang kupunya. Dan aku tak menyesal.

Aku hanya ingin mengatakan, bahwa aku akan selalu menunggu novel-novel karya Kak Morra selanjutnya. Dan aku harap, tak kalah cerdas dari novel ini ataupun FORGIVEN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar