Followers

Kamis, 03 Juli 2014

[Book Review] Titanium by Sitta Karina

Judul: Titanium
Penulis: Sitta Karina
Penerbit: Terrant Books
Jumlah Halaman: 440 lembar
Tahun Terbit: 2009

3,5 of 5 stars

Romijn-Indira Singgih memakai nama Titanium untuk proyek barunya karena terinspirasi oleh seorang pria yang ditemuinya di Portrait--Austin Taura Hanafiah. Menurut Romy--panggilan akrab Romijn, Titanium menggambarkan kepribadian pria itu; classy, dingin, dan tahan banting.

Namun, siapa sangka kalau ternyata Romy adalah seorang gadis yang telah disebut-sebut oleh sepupu Hanafiah akan diperkenalkan dengan Austin. Dan Austin yang memang sudah sering menjadi objek 'mainan' para sepupunya, entah mengapa setelah tahu target mereka adalah Romy, ia tak merasa keberatan. Akhirnya Austin pun tanpa disadari mendekati Romy dan berhasil membina hubungan dekat.

"Fondasi hubungan mereka segoyah kanopi hutan hujan di pedalaman Papua yang diinjaki nokturnal yang merambat dari satu pohon ke pohon lain."

Tapi, hubungan Austin dan Romy tidak berjalan dengan mulus. Ada banyak hal tentang latar belakang dan masa lalu keluarga Hanafiah yang perlahan terkuak. Tentang kegilaan-kegilaan mereka. Dan tentang seorang Audrey Hanafiah--saudara kembar Austin Hanafiah.

"Semua Hanafiah memang gila--dengan caranya masing-masing."

Di samping itu, hubungan persahabatan Romy dengan seorang pria bernama Tejas yang sudah berjalan semenjak mereka kanak-kanak, kini seperti menapaki puncaknya. Romy dan Tejas seperti menyadari sebuah kenyamanan mereka selama ini menunjukkan adanya hubungan yang lebih dari sekadar sahabat. Ada kalanya Romy bingung dengan perasaannya sendiri. Di lain sisi ia menyukai Austin, tetapi ia tidak bisa menghilangkan eksistensi Tejas di dalam hatinya.

"Masalahnya, cintakah dia pada Austin?

Atau sebenarnya Austin adalah objek kamuflase perasaannya pada Tejas?"

Hingga sebuah kejadian pun membawa Romy dan Austin ke Amsterdam untuk menyelamatkan Tejas dan Elly dari sekapan seorang musuh Hanafiah. Naren.

Di sana, hubungan Romy dan Austin semakin diuji. Austin mau tak mau harus melakukan sebuah pengorbanan demi menyelamatkan Tejas dan Elly. Dan itu bukanlah hal yang mudah.

"Mungkin.. saat itu aku jatuh cinta pada ilusi... pada imej Austin yang ingin dilihat mataku. You are my Titanium. You was."


-----Titanium-----


Complicated, ya? Ya, memang. Membaca novel ini menurutku merupakan hal yang tidak mudah. Kompleks. Karena ada banyak sekali tokoh dan konflik-konflik sepanjang jalan ceritanya.

Berbeda dengan saat membaca Pesan dari Bintang, meski novel itu dan novel Titanium ini sama-sama tebal, tetapi aku lebih enjoy membaca Pesan dari Bintang. Tidak berbelit-belit.

Di Titanium, aku merasa konfliknya begitu berlarut-larut. Satu konflik belum selesai, tiba-tiba sudah ada konflik baru. Dan hubungan antartokoh di sini juga menurutku agak 'labil'. Berubah-ubah. Kadang musuh bisa menjadi sahabat, dan terkadang sahabat malah menjadi musuh.

Sebenarnya aku merasa terhibur dengan friendzone Romy dan Tejas di sini (friend become lover garis keras xP). Karena hubungan Austin dan Romy itu 'agak membosankan'. Jadi kehadiran Tejas di sini sedikit banyak membangkitkan semangatku, sih ;p

Lepas dari segala kekurangan yang aku sampaikan di atas, buku-buku Kak Arie khususnya Hanafiah Series pada dasarnya memang memiliki cerita yang menarik. Jadi, semembosankan apapun, aku tetap ingin menghabiskannya sampai selesai. Di novel ini tulisan Kak Arie juga sudah lebih baik. Sudah jarang ditemukan ketidakkonsistenan kalimat seperti dalam novel Pesan dari Bintang. Meskipun masih banyak typo dan penggunaan kata awalan di- yang kurang tepat.

Yah, overall, lumayaaaan.

3,5 of 5 stars.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar