Ada hujan yang mengguyur sepiku ini. Menguarkan harum petrichor, yang menenangkan segala pusat syaraf dalam otak dan pikiranku.
Ada dingin yang melumat dalam diam. Sejentik rasa, namun mampu membuat sebuah lilitan tak menyenangkan dalam bagian perutku.
Ada rindu yang tak hanya sekedar ingin bertemu. Sebuah rasa yang terungkap tanpa ragu.
Lalu, belum sempat kumenoleh, sepasang lengan kekar sukses membukus seluruh pinggangku dari belakang. Menghantarkan hangat yang amat sangat dalam dingin serta rindu yang terkecap.
"Lihat apa?" ujarmu tepat di telingaku.
"Hujan." jawabku seraya tersenyum tipis.
Satu kecupan di bibir kau berikan padaku. Sehingga yang tersisa adalah hujan dan rindu yang tak lagi menjadi sebuah analogi hampa dan sepi.
Karena hujan dan rindu; kamu.
[Hdy]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar