Perkenalan
pertama tak ubahnya remaja pada umumnya. Di sebuah tempat khusus kursus bahasa Jepang, entitas adam dan hawa saling menemukan pandangan di antara
berpuluh-puluh makhluk sejenisnya. Netra hitam dan cokelat. Senyum dikulum dan
cengiran lebar.
Kemudian,
keduanya menjadi sahabat.
Pertemuan
keseratus terjadi setelah puluhan pertemuan sebelumnya, pada detik-detik
terakhir mereka menjalankan kursus. Senyum dan tawa masih setia mengiringi
keduanya. Pertemanan berjalan statis. Semakin hari semakin intim. Ketulusan
selalu terlihat di kedua pasang mata itu. Yang pria melindungi, yang gadis
melengkapi. Terlihat seperti, persahabatan yang sempurna.
Hanya
saja, tanpa siapa pun tahu, yang gadis diam-diam mencinta.
Di
hari keseratus duapuluh mereka menginjakan kaki ke Tokyo, untuk pertama
kalinya. Berdua saja, sebuah vakansi yang telah terencana semenjak satu bulan
lalu. Gadis itu, tentu saja, tak dapat menyembunyikan rona-rona bahagianya. Si
pria juga tersenyum, tetapi dengan alasan yang berbeda.
Saat
itu, tepat di mana senja mulai hilang. Langit musim semi menggelap bersama
aroma pohon yang perlahan menguap. Keduanya duduk bersisian di bawah pohon
sakura yang mekar sempurna. Merah mudanya menggelap, sesekali terlihat bersinar
di bawah bulan yang mulai mengintip.
“Aku
ketemu teman lama tadi.”
Yang
pria membuka percakapan. Jari-jemarinya sesekali memainkan sejumput rumput di
bawahnya. Si gadis menggumam pelan, memintanya untuk meneruskan.
“Dia
… alasan aku kenapa kepingin liburan ke sini.”
Bersama
angin malam yang semakin dingin, sesuatu dalam hati gadis itu berdentum
menyakitkan.
Si
pria masih berbicara. Kali ini tentang cintanya pada si teman lama. Matanya
memburam, setetes air mata jatuh di antara kegelapan malam.
Ah,
ia terjebak. Bersama cintanya yang klandestin.
…
a/n:
story only 250 words. Dedicated for #PestaFF :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar